Judul: Memandang Indonesiaku
Penulis: Aris Pradana, dkk
Editor: Mohammad Rohmaneo dan
Aris Pradana
Penerbit: ITS Press, Surabaya
Tahun Terbit: 2015
Tebal Buku: 209 halaman
Membicarakan
Indonesia dengan segala pernak-pernik yang melingkupinya memang tak akan ada habisnya.
Mulai dari sekedar ujaran nyinyir lewat
media sosial sampai pada tulisan akademik berbasis penelitian dan kajian mendalam
mengenai berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi saya menyakini
dengan mengungkapkan keresahan adalah sebuah bentuk kepedulian dari seorang individu
terhadap apa yang menimpa kondisi bangsanya. Memberi umpan balik atas isu-isu yang
bergulir yang tentu saja membutuhkan dan merelakan waktu
dan pikiran untuk menelitinya.
Kumpulan esai
“Memandang Indonesiaku” ini menjadi salah satu karya yang dibuat dengan nuansa
kepedulian atas kondisi Indonesia. Buku yang terdiri atas empat bagian yang dihadirkan
oleh para penulis untuk memotret Indonesia dari berbagai sisi. Keoptimisan yang
dituangkan dalam esai-esai tak lantas melunturkan daya kritis penulis yang
merupakan pemuda-pemuda berpendidikan tinggi. Tidak banyak memang karya yang
menampilkan sisi-sisi positif dari kondisi bangsa. Sehingga karya ini menjadi karya
yang cukup unik untuk dinikmati.
Sebagai
buku yang bergenre nonfiksi (ilmiah populer) memang membantu kita untuk lebih mengecek
kebenaran data yang disampaikan dalam setiap esai yang dihadirkan. Walaupun ada
beberapa sumber kutipan yang terkadang kurang ditulis secara lengkap.
Esai yang
berjudul “Bangga-Ibu Saya Indonesia” dan “Budaya dan Sejarah: Unsur Penting
Penumbuhan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda Indonesia” menjadi tulisan terpilih
yang menurut saya memiliki nilai lebih dibanding tulisan yang lain, baik dilihat
dari segi data maupun perspektif yang disampaikan dalam kedua tulisan tersebut.
Beberapa
kesalahan ketik memang cukup mengganggu dalam proses menikmati buku ini dan kurangnya
kajian/analisis yang mendalam mengakibatkan tulisan yang ditulis beberapa tahun
lalu dan ditampilkan di era sekarang menjadi kurang relevan bahkan bertolak belakang.
Tetapi tekad
yang kuat dari para pemuda ini untuk ikut serta dalam berkontribusi membangun paradigma
positif terhadap negeri patut diacungi jempol. Sebuah niat suci nan tulus untuk
memberi yang terbaik bagi negeri.
Dan di antara
ribuan mahasiswa dan kaum berpendidikan yang semakin terjangkiti oleh virus apatisme,
akan tertampar membaca buku yang menjadi salah satu pelita dalam keteladanan
meredam ego diri. Terakhir, saya sampaikan
selamat kepada pada penulis atas terbitnya buku ini, semoga menjadi awal dari lahirnya
karya-karya yang lebih baik di waktu mendatang, membangkitkan semangat anak muda,
dan menjadi contoh bagaimana anak muda yang kreatif dan peduli menggunakan
energi masa muda dengan baik.
0 komentar :
Posting Komentar
Berikan komentar Anda untuk tulisan di atas...,