Tampilkan postingan dengan label Ide. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ide. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Juni 2016

Konsep Diri, Melejitkan Prestasi

Cover Buku "The Power of Believe"
Konsep Diri, Melejitkan Prestasi
oleh: Muhammad Kridaanto*)

“Manusia yang paling luas pengetahuannya adalah orang yang telah mengenal dirinya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tujuan hidup adalah untuk mengenal hakikat diri, begitulah ungkapan dari Imam Ghazali dalam kitab yang berjudul Kimiya'us Sa’adah (Kimia Kebahagiaan). Sebuah kalimat yang menguatkan hadits Nabi mengenai pentingnya mengenal diri atau hakikat diri.
Mengenal diri menjadi salah satu bagian penting dalam upaya mengetahui hakikat, konsep ataupun identitas diri. Ibarat sebuah produk, dengan mengetahui definisi akan semakin lengkap jika seorang user juga memiliki banyak deskripsi mengenai produk, mulai dari seluk-beluk, sisi positif-negatif, sampai kegunaannya.
Allah telah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30) dengan tugas untuk memakmurkan dan memelihara bumi dengan sebaik-baiknya, selain itu juga untuk tunduk dan menyembah kepada Allah SWT.
Dalam tugas tersebut, manusia sudah diberikan perlengkapan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain berupa “hati” dan “akal”. Dari kedua perlengkapan ini, manusia dapat mengenal dirinya, sehingga tidak melupakan tugas dan kodratnya sebagai manusia. Untuk mengetahui siapa dirinya, manusia dapat merenung (muhasabah) dan introspeksi . Dengan jalan tersebut, kualitas kemanusiaan yang dimilikinya akan meningkat sebagai upaya memahami alam semesta dan mengenal Sang Pencipta. Dan, dalam diri manusia yang tahu dirinya akan memperoleh kecermelangan hati.
Fitrah manusia untuk maju dan berkembang dapat diperoleh melalui upaya memaksimalkan potensi dalam dirinya. Apalagi manusia senantiasa memiliki keinginan agar eksistensi dirinya dikenal. Di sinilah manusia manusia dituntut berkontemplasi, berpikir, dan mencari tahu dirinya. Setelah mengetahui potensi diri melalui pengenalan diri, manusia dapat menganalisis lingkungan sekitarnya, tempat dimana dia berada untuk meneruskan sebuah proses bernama pengabdian dan tindakan.

Manusia sebagai Zoon Politicon
Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon politicon yang artinya manusia sebagai makhluk sosial. Sebuah istilah yang menerangkan bahwa manusia akan selalu berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berinteraksi dan beradaptasi akan menentukan arah kemana dirinya dan lingkungannya. Sehingga dari sini akan muncul pertanyaan, apa yang bisa dilakukan oleh dirinya dengan melihat hakikat diri dan posisi dimana manusia berada?
Dari sinilah manusia mencari fitrah sejatinya. Melalui fitrah sejati ini yang selanjutnya akan menghantarkan manusia untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya.
Misalkan saja kemampuan seseorang di bidang kepenulisan, akademik, keolahragaan atau seni yang dapat dikembangkan ketika seseorang terus melakukan interpretasi atas dirinya. Kemampuan atau bakat yang dimilikinya diolah untuk kebermanfaatan diri dan lingkungannya.
Dari sini manusia dapat menuju tingkatan sebagai insan kamil yang memahami diri dan senantiasa mengingat Allah. Manusia yang melupakan Tuhan tidak akan mungkin menjadi manusia yang utuh. Hal ini disebabkan kefitrahan diri yang dilawan atau berusaha dihilangkan dari dalam dirinya.
Maka menjadi pengingat kita untuk senantiasa mencari hakikat diri, meningkatkan potensi diri, dan melakukan pengabdian secara optimal. Bukankah akan terasa hambar jika potensi kita hanya untuk kepentingan pribadi tanpa dibagikan kepada orang lain.
Mari terus berbenah dan melejitkan potensi dengan jalan mengenal diri, memfungsikan suara hati dan berbagi untuk hidup dan kehidupan.
*) Salah satu tulisan yang lolos dalam lomba  #BerguruPadaHadits dan masuk dalam antologi buku berjudul The Power of Believe Penerbit DIVA Press

Kamis, 20 November 2014

PENEGUHAN VISI KONSERVASI



PENEGUHAN VISI KONSERVASI :
TINJAUAN EKOLOGIS PEMBANGUNAN  INFRASTRUKTUR DAN ARSITEKTUR HIJAU DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Oleh: Muhammad Kridaanto
Mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas MIPA



PENDAHULUAN

Modernitas yang ditandai dengan perkembangan industri dan teknologi telah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi semakin mempermudah kerja dari manusia tetapi di sisi lain dapat merugikan, misalnya terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kekhawatiran ini terus direspon oleh berbagai kalangan. Masalah lingkungan hidup seperti pencemaran lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim dan berbagai krisis lingkungan merupakan permasalahan hangat yang menjadi perhatian. Dunia internasional melalui konvensi perubahan iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)[1] membahas mengenai permasalahan pengelolaan Lingkungan dan Pembangunan. Sedangkan dalam lingkup nasional, perhatian pemerintah terhadap masalah ini dituangkan melalui Undang-Undang  No. 32 tahun 2009.[2]
Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu Universitas di Indonesia yang secara progresif merespon isu lingkungan hidup dengan mencanangkan diri sebagai kampus konservasi. Tepatnya pada tanggal 12 Maret  2010 Universitas Negeri Semarang (Unnes) mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi (Conservation University) yang Sehat, Unggul dan  Sejahtera (SUTERA). Pada tanggal tersebut menjadi starting point bagi Universitas Negeri Semarang khususnya civitas akademika untuk turut andil dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Maksud dari Universitas Konservasi adalah sebuah universitas yang dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi mengacu  pada prinsip-prinsip konservasi  (perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan seni budaya, serta berwawasan ramah lingkungan.[3]
Konservasi yang menjadi visi Unnes ini bukan hanya berhenti pada slogan saja, hal ini dibuktikan melalui berbagai kegiatan yang mendukung seperti program  zero waste (nirsampah), paperless (nirkertas), penghijauan dan lain sebagainya. Dalam kawasan kampus Unnes sendiri terus dilakukan regulasi untuk terus menggali nilai-nilai konservasi. Potret kebijakan dan tata kelola kawasan kampus diatur agar sesuai dengan kebijakan konservasi yang digalakkan.
Upaya konkrit visi konservasi dilakukan melalui kegiatan berwawasan  lingkungan dan pendidikan lingkungan hidup. Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi mata kuliah umum yang wajib diambil oleh  mahasiswa di kampus Universitas Negeri Semarang.  Pendidikan lingkungan hidup dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui dan dapat mengelola secara bijaksana sumber daya dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang diperlukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan atau perilaku yang membuat sumber daya kita tetap dapat dimanfaatkan secara lestari atau dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable used).[4] Pengkajian pendidikan lingkungan terhadap relevansi pada pembelajaran di jurusan ataupun prodi yang ada di UNNES juga dilakukan. Salah satunya adalah gagasan Tsabit Anizar Ahmad (2013) dalam paper berjudul Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan[5]. Dalam paper tersebut memuat tentang upaya mengembangkan pembelajaran sejarah berwawasan lingkungan sebagai roles model  dalam penanaman nilai pelestarian dan peduli lingkungan. Sehingga pembelajaran kuliah  dapat berintegrasi dengan penanaman cinta lingkungan.
Konsep Green Campus yang terus dikembangkan oleh Unnes dilakukan melalui upaya secara sistematis, masif dan terstruktur dalam hal manajemen lingkungan. Manajemen lingkungan yang menjadi ruang lingkupnya meliputi konservasi keanekaragaman hayati, arsitektur hijau dan sistem transportasi internal, pengelolaan limbah, kebijakan nirkertas dan kebijakan energi bersih.
Pembangunan dan konstruksi yang selayaknya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia justru menjadi penyumbang kerusakan alam terbesar. Secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energy, dan 16% air. Selain itu konstruksi juga menyumbang emisi CO2 terbanyak, yakni 45%. Tentu solusi terbaiknya tidak menghentikan pembangunan, tetapi membangun dengan lebih  bijaksana, salah satunya dengan penerapan  Green Desain, sustainable dan hemat energi.[6] Keterkaitan pembangunan infrastruktur dan tata kelola ruang harus dikelola secara benar. Infrastruktur di kawasan kampus Unnes harus dilakukan dengan melihat tinjauan ekologis sehingga meminimalisir kerusakan pada lingkungan. Pembenahan dan perencanaan terhadap tata ruang di kawasan kampus Unnes sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian alam. Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor dan mobil di kawasan kampus, penyediaan jalur pedestrian bagi pejalan kaki dan sepeda sebagai upaya untuk menggunakan energi secara efektif dan efisien. Terkait dengan permasalahan itu maka pada tulisan singkat ini akan mencoba membahas  topik ”Peneguhan Visi Konservasi: Tinjauan Ekologis Pembangunan Infrastruktur dan Arsitektur Hijau di Universitas Negeri Semarang”.

Pembangunan Jalur Pedestrian dan Sepeda
Ruby Phramesti dan  Nany Yuliastuti (2013) melakukan sebuah penelitian[7] mengenai pembangunan berkelanjutan di kawasan kampus Unnes dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis  capaian Unnes dalam manajemen kawasan kampus. Walaupun secara keseluruhan semua aspek dikategorikan baik, tetapi ada beberapa score yang perlu ditingkatkan karena memiliki nilai yang rendah. Ada 4 hal yang menjadi perhatian penulis dengan mencermati penelitian tersebut, yakni nilai indeks manajemen dari segi penghematan energy sebesar 2.14, nilai indeks aspek kenyamanan kampus Unnes sebesar 2.12, nilai indeks kualitas kurikulum yang telah dilakukan sebesar 2.11 dan nilai indeks untuk  dukungan pengembangan konservasi dalam riset dan kurikulum  adalah 2,07. Dengan penjelasan tingkat kemampuan berdasarkan Nilai Indeks untuk skor  0 – 1   artinya buruk; skor 1,1 – 2   artinya kukup dan skor 2,1 – 3   artinya baik.
Dari penelitian tersebut menjadi koreksi terutama dalam manajemen penghematan energi dan kenyamanan kampus Unnes. Penghematan energi di kawasan kampus Unnes memang belum dilakukan secara maksimal. Diperlukan beberapa alternatif kebijakan untuk terus melakukan penghematan ini. Kebijakan yang sedang berjalan adalah pelarangan menggunakan kendaraan bermotor pada jam kerja dan penggunaan armada bus kampus. Walaupun sudah ada bus dalam kampus, namun menjadi pertimbangan penulis untuk kembali memunculkan lagi ide transportasi hemat biaya dan menyehatkan yaitu sepeda dan jalan kaki.
Menumbuhkan gerakan jalan kaki dan bersepeda di kampus memang harus terus dilakukan.  Penyediaan sarana jaringan pejalan kaki yang aman dan nyaman (walkability) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.  Berdasarkan riset[8] dari Dr. Lana Winayanti, MCP menyimpulkan bahwa peningkatan akses pejalan kaki dan fasilitas pendukungnya, serta mobilitas masyarakat akan akan meningkatkan efektifitas transportasi publik, menurunkan penggunaan energi, meningkatkan  keadilan sosial, serta fungsi kota sebagai pusat pengembangan ekonomi.
Dalam kaitan dengan pembangunan arsitektur hijau, hal ini terkait dengan sarana-prasarana yang tidak boleh melupakan nilai-nilai konservasi. Misalkan saja pembangunan sarana jalur pedestrian bagi pejalan kaki dan sepeda yang merupakan ruang terbuka dapat diberikan suasana “hijau” dengan memberi pohon-pohon yang rindang di sekitar jalur sebagai kanopi, karena berdasarkan pengalaman penulis ketika berjalan kaki pada siang hari dari Simpang Tujuh ke kampus FIS melalui trotoar yang diperuntukkan untuk pejalan kaki terasa sangat panas karena tidak ada pohon-pohon di sekitarnya. Pohon yang ditanam sepanjang jalur pedestrian juga akan menambah estetika selain dapat yang menambah kenyamanan bagi pejalan kaki dari panasnya sinar matahari. Karyono peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Energi mengatakan bahwa ketika matahari memancarkan panasnya melalui radiasi. Material keras menyerap energi panas namun pada saatnya dipancarkan kembali. Warna permukaan juga menentukan jumlah penyerapan panas, warna gelap menyerap sementara warna terang lebih banyak memantulkan panas radiasi. Akibat tertutupnya permukaan tanah oleh beton – baik berupa bangunan, parkir dan jalan, radiasi matahari diserap dan kemudian dilepaskan kembali ke udara sekitarnya.[9] Di sinilah dibutuhkan tumbuhan di sepanjang jalur hijau untuk mengurai CO2 dan meningkatkan O2. Sarana jalan menuju kampus menjadi masalah yang juga patut diperhatikan. Di jalan raya menuju kampus masih belum tersedia jalur pejalan kaki, sehingga harus “berebut“ dengan kendaraan bermotor dan mobil.
Penggunaan armada bus kampus bukan merupakan solusi yang brilian dalam “mempersempit” jarak. Karena bus merupakan model transportasi berbahan bakar fosil (fosil-fuel driven vehicle) yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui  (unrenewable  resources). Program sepeda kampus sebagai alternatif transportasi internal dalam kampus yang lebih ramah lingkungan tentu menarik untuk dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Sistem kelola yang profesional serta dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuat civitas akademika khususnya mahasiswa lebih nyaman untuk menggunakan sepeda. Sistem yang dipakai bisa dengan mengimitasi sistem rental sepeda yang diterapkan di kawasan Kampung Inggris, Pare, Kediri.[10]

Efisiensi Energi dan Konversi Energi
Penghematan energi melalui manajemen energi juga tak luput dari perencanaan tata ruang arsitektur  hijau. Salah satu faktor penting dalam isu berkelanjutan adalah mengurangi ketergantungan manusia terhadap penggunaan sumber energi yang tidak terbarukan.[11] Salah satunya dapat dimulai dengan mengkonversi penggunaan energi listrik pada  lampu jalan di dalam kampus dengan pemanfaatan energi surya atau solar cell  yang mampu mengubah energi surya menjadi energi listrik.  Suryo Anggoro menyebut bahwa telah berkembang Hybrid Solar Lighting atau penerangan hibrid dengan energi matahari yang lebih efisien dalam memanfaatkan energi matahari. Upaya-upaya efisiensi untuk penerangan bangunan dapat dilakukan antara lain melalui penggunaan lampu hemat energi atau pemanfaatan photovoltaic serta modifikasi fasad, jendela dan bukaan dinding bangunan. Karena penerangan hibrid memberikan keleluasaan aplikasi dan pengembangan inovasi penerangan bangunan yang memanfaatkan energi matahari.[12] Informasi dan aplikasi teknologi yang efektif dan efisien juga tidak boleh ketinggalan. Dengan penemuan dan penelitian baik dari masukan internal maupun dari pihak eksternal akan memberikan percepatan bagi kampus Unnes dalam melakukan manajemen energi.
Dalam bidang energi, penelitian terhadap energi alternatif dan manajemen energi merupakan hal vital untuk terus dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi energi.[13] Termasuk di dalamnya dengan penggunaan teknologi yang hemat energi.

Ruang Terbuka Hijau yang Mencerdaskan
Penataan ruang yang berwawasan lingkungan diperlukan dalam pembangunan di kawasan kampus Unnes. Sehingga fungsi guna bangunan, pemanfaatan ruang dan penghematan penggunaan energi tanpa kehilangan nilai estetika dapat dilakukan.
Pembangunan kos-kos sekitar kampus yang begitu masif tanpa memperhatikan faktor sosial dan hanya melihat nilai ekonomi menjadi problematika baru. Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar Unnes mengenai tata ruang membutuhkan pembinaan, agar pembangunan kawasan sekitar kampus tidak semata-mata untuk mencari keuntungan ekonomi saja tetapi juga mempertimbangkan faktor lingkungan. Ketersediaan tanah resapan yang menjadi tumpuan kesediaan air tanah semakin menyempit yang disebabkan pembangunan bangunan, pavingisasi yang dilakukan di sekitar tempat tinggal dan penggunaan air sumur bor yang besar. Kondisi ini jelas mengganggu kelangsungan siklus hidrologi. Padahal peraturan mengenai pembangunan kota  yang didasarkan pada UU No. 26 Tahun 2007[14] tentang Tata Ruang Kota mengatur penataan ruang dengan tujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Pembangunan drainase di pinggir jalan menuju kampus juga harus diperhatikan, jangan sampai kita terlambat mengantisipasi dengan datangnya musim hujan yang membuat aliran air meluber ke jalan raya yang tentu membahayakan pengguna jalan bahkan merusak jalan raya.
Pemeliharaan dan peningkatan sarana-prasanara merupakan hal penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan di Universitas Negeri Semarang. Tempat di kawasan kampus Unnes yang hampir memiliki multifungsi dan ramai adalah taman yang berada di antara kawasan Tugu Sutera, taman perpustakaan dan area sekitar auditorium.  Di sekitar daerah tersebut memang biasa ramai pada sore hari dan digunakan sebagai tempat berolahraga, berdiskusi dan hiburan.  Area terbuka tersebut digunakan untuk jogging, berdiskusi, rapat, mengakses internet lewat jaringan wifi dan kegiatan lain. Area yang dilengkapi dengan tempat duduk, gazebo dan penataan taman yang nyaman dan rindang menjadikan kawasan sebagai ruang terbuka hijau publik. Penataan kawasan taman di Unnes dapat ditingkatkan dengan melihat dan membandingkan Taman  Bungkul yang berada di Surabaya. Taman Bungkul memiliki fungsi yang bersamaan dalam satu waktu, seperti duduk-duduk dan ngobrol, kencan, membaca, makan-makanan ringan, bermain musik atau ngamen, berfoto, permainan anak-anak seperti sepeda, skate board,  autopet, dan lain-lain.Berbagai percampuran kegiatan ini, tanpa disadari, tidak saling mengganggu dan  tetap dalam keseimbangan.  Kegiatan inipun terbuka dilakukan pada siang dan malam hari.[15] Taman di Unnes dapat meniru Taman Bungkul. Mulai dari pengembangan penyediaan air keran siap minum dan taman baca outdoor. Impian penulis mengenai pembangunan taman baca outdoor yang dapat  dikembangkan di Unnes. Selain pertimbangan bahwa kampus adalah tempat mencari dan mengembangkan pengetahuan. Karena dunia kampus dan elemen yang berada di dalamnya memiliki tanggung jawab moral dalam membangun kesepahaman dan peningkatan kapasitas dari perguruan tinggi dalam membangun insan cendekia di Indonesia.[16]
Lokasi dari kawasan sekitar perpustakaan Unnes dapat ditata dengan fasilitas perpustakaan/taman baca outdoor.  Bangunan Open Air Library / KARO Architekten[17] yang berada di Magdeburg, Jerman merupakan salah satu bentuk perpustakaan gaya baru yang tidak hanya mengedepankan fungsi pendidikan, tapi juga fungsi sosial dan ekologis. Dari situ pemanfaatan kawasan Unnes khususnya taman dapat mulai dipikirkan dengan memaksimalkan fungsi taman sebagai tempat meningkatkan keilmuan yang ramah lingkungan. Bukankah sangat menarik untuk mengembangkan ruang terbuka hijau (taman) yang tidak hanya sejuk tapi juga mencerdaskan.

PENUTUP
Unnes telah mencanangkan diri sebagai Universitas Konservasi yang memuat berbagai tanggung jawab baru dan pembenahan secara terus menerus, baik dari segi internal maupun eksternal, yang berupa fisik (pembangunan) maupun non fisik (pendidikan lingkungan). Penguatan konsep green campus melalui pembangunan infrastruktur dan arsitektur hijau dapat dilakukan untuk menunjang konsep konservasi. Dalam hal ini ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan.

Pertama, pembangunan lalur pedestrian dan sepeda sebagai sarana konversi penggunaan sepeda motor dan mobil di kawasan Unnes. Serta sebagai upaya memasyarakatkan budaya berjalan kaki dan bersepeda di kawasan kampus yang aman, nyaman dan ramah lingkungan.

Kedua, efisiensi energi dan konversi energi dapat dimulai dengan melakukan konversi penggunaan energi listrik pada lampu jalan di dalam kampus dengan pemanfaatan energi surya atau solar cell atau Hybrid Solar Lighting yang mampu mengubah energi surya menjadi energi listrik. Efisiensi dan konversi energi adalah bukti kuatnya komitmen Unnes sebagai kampus yang ramah lingkungan.

Ketiga, Pembangunan drainase di pinggir jalan menuju kampus dan pemberian pengetahuan mengenai tata ruang dan dampaknya bagi lingkungan sangat penting. Pemanfaatan taman di kawasan Unnes agar tercipta ruang terbuka hijau yang segar dapat ditingkatkan dengan membangun penyediaan air keran siap minum dan taman baca outdoor. Outdoor Library akan menjadi ide yang menarik menciptakan ruang terbuka hijau yang bukan hanya segar dan nyaman tetapi juga mencerdaskan.


Pembangunan infrastruktur dan arsitektur hijau dengan berdasarkan tinjauan ekologis akan membuat pembangunan berjalan tanpa merusak alam. Framework togetherness dalam pembangunan infrastuktur di Unnes adalah tanggung jawab setiap komponen baik itu pejabat kampus, civitas akademika, masyarakat maupun pihak swasta. Agar nantinya harapan Unnes menjadi Universitas konservasi yang senantiasa bergerak dengan fungsi sebagai “penjaga alam”. Karakter konservasi di seluruh stake holder ini ditandai dengan sikap respect pada lingkungannya sehingga konservasi sebagai moral force (kekuatan moral). Jean Jacques Rousseau dalam The Social Contract[18] mengatakan bahwa perubahan dari masyarakat alami (state of nature) menjadi masyarakat sipil (civil state) menghasilkan pula perubahan yang sangat besar pada manusia, yaitu menghasilkan suatu watak moral (moral character) bagi tindakannya yang tidak dimiliki sebelumnya.
Perubahan yang dimaksud oleh Rousseau adalah dari kebebasan yang tidak terbatas menjadi kebebasan sipil yang dibatasi oleh kehendak umum. dalam konteks ini memanfaatkan alam adalah hak individu. Tetapi menikmati udara yang segar, air yang bersih adalah kehendak umum. Dan harapan bersama dari komunitas kampus Unnes ini akan muncul benih-benih yang turut aktif dalam menjaga kelestarian  sumberdaya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tsabit Anizar. 2013. “Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan”. Indonesian Journal of Conservation, Vol. 2, No. 1, hlm 74-83.
Anggoro, Suryo. 2009. “Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif Teknologi Penerangan Alami Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT,  Vol. 10, No. 2 Hal. 121 – 228.
Barliana, M. Syaom dkk. “Belajar dari Kota Surabaya: Pengukuran Kualitas Objektif untuk Menentukan Prioritas Penataan Kota”. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, Vol.2 No.1 Januari 2013.
Karyono, Tri Harso. 2005. Fungsi Ruang Hijau Kota ditinjau dari aspek keindahan, kenyamanan, kesehatan dan penghematan energi”.  J.Tek. Ling. P3TL-BPPT, Vol. 6, No. 3, hlm 452-457.
……… 2006. “Kota Tropis Hemat energi : Menuju Kota Yang Berkelanjutan di Indonesia”. J.Tek. Ling. P3TL-BPPT, Vol. 7, No. 1, hlm. 63-71.
Kridaanto, Muhammad. “Dunia Kampus dan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Koran Muria. 21 September 2013, hal 2.
……… “Meningkatkan Produktivitas melalui Teknologi”. Koran Sindo. 27 Agustus 2014, hal 7.
Nurkamdani, Andri  Rizky. 2010. “Green Urban Vertical Container House dengan Pendekatan Green Metabolist”. Laporan Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret  Surakarta.
Open Air Library / KARO Architekten. 2009. http://www.archdaily.com/39417/open-air-library-karo-architekten. diakses pada tanggal 15 September 2014
Phramesti, Ruby dan Nany Yuliastuti.  2013. “Kajian Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sebagai Kampus Konservasi (Studi Kasus UNNES Sekaran, Semarang)”. Jurnal Teknik PWK, Vol. 2, No. 1, hlm 183-190.
Rousseau, Jean Jacques. 1986. Kontrak Sosial, diterjemahkan oleh Sumardjo. Jakarta: Erlangga
Setyowati, Dewi Liesnoor dkk (ed). 2014.  Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: Unnes Press.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mengatur tentang Tata Ruang Kota
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto (ed). 2010. Unnes Sutera: Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang: Unnes Press.
Winayanti, Lana dkk. 2013. “Walkability and Pedestrian Facilities in Indonesian Cities (Kenyamanan Berjalan kaki dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota-kota Indonesia)”, Makalah Seminar Nasional Hari Habitat Dunia, Jakarta.







[1] UNFCCC merupakan lembaga independen dan bukan merupakan bagian dari PBB. Rumusan kerangka kerjanya mengenai perubahan iklim internasional.
[2]  Undang-undang ini mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
[3] Lihat Agus Wahyudin dan DYP Sugiharto (ed), Unnes Sutera: Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera, Unnes Press, 2010, hlm. 86.
[4]  Baca Dewi Liesnoor Setyowati, dkk (ed),  Pendidikan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri Semarang, 2014, hlm. 5.
[5] Lebih lanjut baca Tsabit Anizar Ahmad, “Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan”. Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1. Juni 2013, hlm. 74-83.
[6] Dikutip dari Andri  Rizky  Nurkamdani, “Green Urban Vertical Container House dengan Pendekatan Green Metabolist”, Laporan Tugas Akhir, Universitas Sebelas Maret  Surakarta, 2010, hlm. 6.
[7] Cermati Ruby Phramesti dan  Nany Yuliastuti, “Kajian Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Kampus Konservasi (Studi Kasus: UNNES Sekaran, Semarang)”, Jurnal Teknik PWK; Vol. 2; No. 1; 2013; hal. 183-190.
[8] Cermati Dr. Lana Winayanti, “Walkability and Pedestrian Facilities in Indonesian Cities (Kenyamanan Berjalan kaki dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota-kota Indonesia)”, Makalah Seminar Nasional Hari Habitat Dunia.
[9] Lihat Tri Harso Karyono,  2005, “Fungsi Ruang Hijau Kota ditinjau dari aspek keindahan, kenyamanan, kesehatan dan penghematan energi”,  J.Tek Ling P3TL-BPPT . 6. (3): 452-457.
[10] Syarat rental sepeda dengan menggunakan Kartu Identitas asli yang masih berlaku (KTP, SIM). ID card berfungsi sebagai jaminan untuk penyewaan sepeda dan akan dikembalikan saat peminjam sudah mengembalikan sepeda yang disewa.
[11] Lihat Tri Harso Karsono, 2006,Kota Tropis Hemat energi: Menuju Kota Yang Berkelanjutan di Indonesia”, J. Tek Ling. P3TL-BPPT. 7. (1): 63-71.
[12] Cermati Suryo Anggoro, 2009, “Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif Teknologi Penerangan Alami Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”, J. Tek. Ling P3TL-BPPT,  Vol. 10 No. 2 Hal. 121 – 228.
[13] Baca Muhammad Kridaanto, “Meningkatkan Produktivitas melalui Teknologi”, Kolom Debat Poros Mahasiswa Koran Sindo, 27 Agustus 2014, hlm. 7.
[14] Undang-Undang yang mengatur tentang Tata Ruang Kota
[15]  Simak dari M. Syaom Barliana dkk, 2013, “Belajar dari Kota Surabaya: Pengukuran Kualitas Objektif untuk Menentukan Prioritas Penataan Kota”, Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, Vol.2 No.1.
[16]  Baca Muhammad Kridaanto, “Dunia Kampus dan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Kolom Sudut Pandang Koran Muria, 21 September 2013, hlm. 2.
[17] Lihat Open Air Library / KARO Architekten, http://www.archdaily.com/39417/open-air-library-karo-architekten , 2009, diakses pada tanggal 15 September 2014)
[18] Nukilan dari Jean Jacques Rousseau, 1986, Kontrak Sosial, diterjemahkan oleh Sumardjo, Jakarta : Erlangga.



Esai ini (versi ASLI dari penulis) menjadi salah satu esai yang masuk 15 besar Lomba Esai Konservasi dan dibukukan dalam antologi "Pelangi Universitas Konservasi edisi 2014"

Senin, 12 Mei 2014

Memenangkan Indonesia

Sebuah tulisan yang menarik sebagai penyemangat dan renungan untuk kita selaku bagian dari masyarakat, bangsa dan negara ini.

------------------------------------------------

Selasa, 04 Februari 2014

Melihat Banjir : Antara Manfaat dan Mudharat

Oleh : Muhammad Kridaanto*



Selain banjir air yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, disinyalir tahun ini akan terjadi banjir besar lainnya. Bencana banjir identik dengan bencana yang merugikan masyarakat. Karena aktivitas bekerja menjadi lumpuh, bahkan membuat masyarakat rentan terkena penyakit.


Di tahun ini pula beberapa peneliti sudah memprediksi bahwa bencana banjir ini akan berlangsung cukup lama. Alasannya adalah selain banjir air yang diprediksi terjadi sampai bulan Maret, masyarakat juga akan terkena banjir lainnya. Tak lain-tak bukan adalah Banjir Janji Politik.


Menanggapi prediksi lamanya masa banjir di tahun ini, khususnya pasca banjir air dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mempersiapkannya secara matang. Istilahnya "sedia payung sebelum hujan".


Menjelang pesta demokrasi ini, masyarakat kembali disuguhi pesta dan "banjir". Tentu banjir yang ini lebih "menyehatkan" sekaligus "melenakan". Di sini masa lampau menjadi sosok "guru berharga nan bijak".


Lalu bagaimana sudut pandang lain tentang Manfaat dan Mudharat Banjir panjang di tahun ini?


Jujur saja, karena ini di facebook jadi saya tidak ingin terlalu panjang, toh pembaca memiliki kesibukan mengurusi kesiapan banjir air juga tho. Yang jelas saya hanya ingin berbagi. Masyarakat tidak boleh hanya berdiam menghadapi banjir, khususnya pada banjir janji politik. Apalagi kita selaku anak muda. Semangat untuk bergerak dan menerjang suatu fenomena konservatif adalah gejolak masa muda yang begitu indah. Kenapa saya bilang indah, karena masa muda adalah masa pergolakan pemikiran. :D


Kita tak bisa berdiam diri dan bersikap apatis jika menginginkan kondisi  masyarakat (bangsa dalam tataran luas) semakin baik. Sudah tidak eranya anak muda berdiam diri. Para pemuda adalah penggebrak  dari kondisi stagnan generasi tua. Pemuda bukan hanya sebagai objek korban banjir politik semata lantaran masih awam di dunia perpolitikan. Apalagi menyerahkan diri pada sikap apatis terhadap banjir-banjir ini.

.Terus solusinya bagaimana? Oke, yang jelas simpel kok. Salah satunya dengan rajin cari tahu dan mau tahu soal para calon pemimpin baik itu caleg ataupun capres


Sehingga banjir apapun di tahun ini dapat dihadapi dengan kesiapan matang. Ibarat orang menggunakan motor saat musim hujan, si pengendara dapat mencari jalan terbaik untuk mencapai tujuan di tengah ancaman air.


Dan diharapkan pasca "pesta banjir" ini, kemakmuran masyarakat semakin membaik. Seperti halnya banjir air yang kita harapkan akan lebih membuat tanah menjadi subur. Sesubur Bumi pertiwi ini. Indonesia.


*Penulis adalah Relawan Demokrasi KPU Kabupaten Kendal, Mahasiswa Universitas Negeri Semarang



Menuju 9 April 2014 --> Pemilihan Umum dalam rangka memilih anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD RI.


Pemilih Cerdas, pemilih berkualitas, Berusaha mengungkap sedikit tentang Banjir Manfaat dan banjir Mudharat. :D

Minggu, 26 Januari 2014

Resensi Buku : Jurus Dewa Mabuk ala Gus Dur

Judul                              : Jurus Dewa Mabuk ala Gus Dur
                                         Kumpulan Rekam Jejak KH                                                              Abdurrahman Wahid di Media Massa
Penyusun                      :    M. Rofiq Madji
Penerbit                        :    Pustaka Tebuireng
ISBN                              :    978-602-8805-12-4
Cetakan                        :    Januari 2012
Jumlah Halaman           :    xxii + 567 halaman
Peresensi                     :    Muhammad Kridaanto*

Merekam jejak tokoh yang satu ini memang sangat menarik. Dengan karakter yang kuat dan kadang sulit diprediksi banyak orang, tokoh ini mampu membuktikan bahwa tindakannya adalah tindakan nyata dalam membela kebenaran dan memperjuangkan hak-hak kaum minoritas.

KH Abdurrahman Wahid atau sering dipanggil Gus Dur memiliki sejarah sendiri. Dalam berbagai bidang beliau berkiprah. Selain dikenal sebagai Kiai, Ulama, Politikus, Budayawan bahkan beliau mampu menjadi penghibur dengan guyonan-guyonannya. Tak berlebihan jika banyak sekali buku-buku yang telah terbit dan menceritakan tentang beliau baik dari segi ilmu agama, politik, biografi, guyonan, bahkan pengalaman-pengalaman pribadi beliau.

Buku ini merupakan salah satu buku yang berusaha mengungkap sosok Gus Dur dari rekam jejaknya di berbagai media massa. Buku yang disusun oleh M. Rofiq Madji berasal dari kliping-kliping dari media massa yang memuat Gus Dur sejak tahun 1980-an.

Dari rentang waktu yang cukup panjang ini, pembaca akan mendapat gambaran situasi yang mendampingi gerak kehidupan Gus Dur.

Perilaku, sikap maupun pemikiran yang “unik” ini membuat pembaca bisa mengarungi pemikiran Gus Dur. Juga bagi yang berpikiran sinis terhadap sosok ini akan mendapat melihat sudut pandang lain.

Buku ini terdiri dari delapan bagian, terdiri dari tujuh bagian perjalanan hidup  Gus Dur dan satu bagian lampiran.   Yang memuat berbagai garis besar, baik hubungan Gus Dur dalam segi agama, NU (Nahdlatul Ulama), Politik, maupun dalam tataran kiprah Gus Dur di PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).

Buku ini menjadi referensi berharga bagi siapa saja yang ingin membaca jejak dari seorang kyai, politisi maupun budayawan yang memiliki bakat interdisiplineritas. Pemikiran Gus Dur yang kritis dan sering dianggap kontroversial karena ketidaktahuan dari latar belakang dari ucapan beliau. Kekritisan itu timbul karena perhatiannya terhadap ketidakadilan yang meraja lela.

Pengalaman beliau baik saat era orde baru,  perjuangan dalam era reformasi bahkan ketika menjadi presiden memang linier untuk membela keadilan. Sehingga sampai sekarang banyak orang yang sangat mengagumi baik pemikiran, anekdot, tulisan-tulisan maupun nasehat Gus Dur.

Maka tak berlebihan ketika tokoh ini menjadi Guru Bangsa dan teladan baik siapa saja, karena beliaupun juga memiliki sikap menghargai multikulturalisme. Hingga perjuangan beliau akan tetap dilanjutkan oleh para pengagum dan penerus-penerusnya.

* Salah satu Gusdurian (pengagum tokoh Gus Dur, dengan segala tingkah, pemikiran dan ilmunya)