Tampilkan postingan dengan label Mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mahasiswa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 November 2014

PENEGUHAN VISI KONSERVASI



PENEGUHAN VISI KONSERVASI :
TINJAUAN EKOLOGIS PEMBANGUNAN  INFRASTRUKTUR DAN ARSITEKTUR HIJAU DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Oleh: Muhammad Kridaanto
Mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas MIPA



PENDAHULUAN

Modernitas yang ditandai dengan perkembangan industri dan teknologi telah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi semakin mempermudah kerja dari manusia tetapi di sisi lain dapat merugikan, misalnya terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kekhawatiran ini terus direspon oleh berbagai kalangan. Masalah lingkungan hidup seperti pencemaran lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim dan berbagai krisis lingkungan merupakan permasalahan hangat yang menjadi perhatian. Dunia internasional melalui konvensi perubahan iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)[1] membahas mengenai permasalahan pengelolaan Lingkungan dan Pembangunan. Sedangkan dalam lingkup nasional, perhatian pemerintah terhadap masalah ini dituangkan melalui Undang-Undang  No. 32 tahun 2009.[2]
Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu Universitas di Indonesia yang secara progresif merespon isu lingkungan hidup dengan mencanangkan diri sebagai kampus konservasi. Tepatnya pada tanggal 12 Maret  2010 Universitas Negeri Semarang (Unnes) mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi (Conservation University) yang Sehat, Unggul dan  Sejahtera (SUTERA). Pada tanggal tersebut menjadi starting point bagi Universitas Negeri Semarang khususnya civitas akademika untuk turut andil dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Maksud dari Universitas Konservasi adalah sebuah universitas yang dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi mengacu  pada prinsip-prinsip konservasi  (perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan seni budaya, serta berwawasan ramah lingkungan.[3]
Konservasi yang menjadi visi Unnes ini bukan hanya berhenti pada slogan saja, hal ini dibuktikan melalui berbagai kegiatan yang mendukung seperti program  zero waste (nirsampah), paperless (nirkertas), penghijauan dan lain sebagainya. Dalam kawasan kampus Unnes sendiri terus dilakukan regulasi untuk terus menggali nilai-nilai konservasi. Potret kebijakan dan tata kelola kawasan kampus diatur agar sesuai dengan kebijakan konservasi yang digalakkan.
Upaya konkrit visi konservasi dilakukan melalui kegiatan berwawasan  lingkungan dan pendidikan lingkungan hidup. Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi mata kuliah umum yang wajib diambil oleh  mahasiswa di kampus Universitas Negeri Semarang.  Pendidikan lingkungan hidup dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui dan dapat mengelola secara bijaksana sumber daya dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang diperlukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan atau perilaku yang membuat sumber daya kita tetap dapat dimanfaatkan secara lestari atau dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable used).[4] Pengkajian pendidikan lingkungan terhadap relevansi pada pembelajaran di jurusan ataupun prodi yang ada di UNNES juga dilakukan. Salah satunya adalah gagasan Tsabit Anizar Ahmad (2013) dalam paper berjudul Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan[5]. Dalam paper tersebut memuat tentang upaya mengembangkan pembelajaran sejarah berwawasan lingkungan sebagai roles model  dalam penanaman nilai pelestarian dan peduli lingkungan. Sehingga pembelajaran kuliah  dapat berintegrasi dengan penanaman cinta lingkungan.
Konsep Green Campus yang terus dikembangkan oleh Unnes dilakukan melalui upaya secara sistematis, masif dan terstruktur dalam hal manajemen lingkungan. Manajemen lingkungan yang menjadi ruang lingkupnya meliputi konservasi keanekaragaman hayati, arsitektur hijau dan sistem transportasi internal, pengelolaan limbah, kebijakan nirkertas dan kebijakan energi bersih.
Pembangunan dan konstruksi yang selayaknya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia justru menjadi penyumbang kerusakan alam terbesar. Secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energy, dan 16% air. Selain itu konstruksi juga menyumbang emisi CO2 terbanyak, yakni 45%. Tentu solusi terbaiknya tidak menghentikan pembangunan, tetapi membangun dengan lebih  bijaksana, salah satunya dengan penerapan  Green Desain, sustainable dan hemat energi.[6] Keterkaitan pembangunan infrastruktur dan tata kelola ruang harus dikelola secara benar. Infrastruktur di kawasan kampus Unnes harus dilakukan dengan melihat tinjauan ekologis sehingga meminimalisir kerusakan pada lingkungan. Pembenahan dan perencanaan terhadap tata ruang di kawasan kampus Unnes sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian alam. Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor dan mobil di kawasan kampus, penyediaan jalur pedestrian bagi pejalan kaki dan sepeda sebagai upaya untuk menggunakan energi secara efektif dan efisien. Terkait dengan permasalahan itu maka pada tulisan singkat ini akan mencoba membahas  topik ”Peneguhan Visi Konservasi: Tinjauan Ekologis Pembangunan Infrastruktur dan Arsitektur Hijau di Universitas Negeri Semarang”.

Pembangunan Jalur Pedestrian dan Sepeda
Ruby Phramesti dan  Nany Yuliastuti (2013) melakukan sebuah penelitian[7] mengenai pembangunan berkelanjutan di kawasan kampus Unnes dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis  capaian Unnes dalam manajemen kawasan kampus. Walaupun secara keseluruhan semua aspek dikategorikan baik, tetapi ada beberapa score yang perlu ditingkatkan karena memiliki nilai yang rendah. Ada 4 hal yang menjadi perhatian penulis dengan mencermati penelitian tersebut, yakni nilai indeks manajemen dari segi penghematan energy sebesar 2.14, nilai indeks aspek kenyamanan kampus Unnes sebesar 2.12, nilai indeks kualitas kurikulum yang telah dilakukan sebesar 2.11 dan nilai indeks untuk  dukungan pengembangan konservasi dalam riset dan kurikulum  adalah 2,07. Dengan penjelasan tingkat kemampuan berdasarkan Nilai Indeks untuk skor  0 – 1   artinya buruk; skor 1,1 – 2   artinya kukup dan skor 2,1 – 3   artinya baik.
Dari penelitian tersebut menjadi koreksi terutama dalam manajemen penghematan energi dan kenyamanan kampus Unnes. Penghematan energi di kawasan kampus Unnes memang belum dilakukan secara maksimal. Diperlukan beberapa alternatif kebijakan untuk terus melakukan penghematan ini. Kebijakan yang sedang berjalan adalah pelarangan menggunakan kendaraan bermotor pada jam kerja dan penggunaan armada bus kampus. Walaupun sudah ada bus dalam kampus, namun menjadi pertimbangan penulis untuk kembali memunculkan lagi ide transportasi hemat biaya dan menyehatkan yaitu sepeda dan jalan kaki.
Menumbuhkan gerakan jalan kaki dan bersepeda di kampus memang harus terus dilakukan.  Penyediaan sarana jaringan pejalan kaki yang aman dan nyaman (walkability) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.  Berdasarkan riset[8] dari Dr. Lana Winayanti, MCP menyimpulkan bahwa peningkatan akses pejalan kaki dan fasilitas pendukungnya, serta mobilitas masyarakat akan akan meningkatkan efektifitas transportasi publik, menurunkan penggunaan energi, meningkatkan  keadilan sosial, serta fungsi kota sebagai pusat pengembangan ekonomi.
Dalam kaitan dengan pembangunan arsitektur hijau, hal ini terkait dengan sarana-prasarana yang tidak boleh melupakan nilai-nilai konservasi. Misalkan saja pembangunan sarana jalur pedestrian bagi pejalan kaki dan sepeda yang merupakan ruang terbuka dapat diberikan suasana “hijau” dengan memberi pohon-pohon yang rindang di sekitar jalur sebagai kanopi, karena berdasarkan pengalaman penulis ketika berjalan kaki pada siang hari dari Simpang Tujuh ke kampus FIS melalui trotoar yang diperuntukkan untuk pejalan kaki terasa sangat panas karena tidak ada pohon-pohon di sekitarnya. Pohon yang ditanam sepanjang jalur pedestrian juga akan menambah estetika selain dapat yang menambah kenyamanan bagi pejalan kaki dari panasnya sinar matahari. Karyono peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Energi mengatakan bahwa ketika matahari memancarkan panasnya melalui radiasi. Material keras menyerap energi panas namun pada saatnya dipancarkan kembali. Warna permukaan juga menentukan jumlah penyerapan panas, warna gelap menyerap sementara warna terang lebih banyak memantulkan panas radiasi. Akibat tertutupnya permukaan tanah oleh beton – baik berupa bangunan, parkir dan jalan, radiasi matahari diserap dan kemudian dilepaskan kembali ke udara sekitarnya.[9] Di sinilah dibutuhkan tumbuhan di sepanjang jalur hijau untuk mengurai CO2 dan meningkatkan O2. Sarana jalan menuju kampus menjadi masalah yang juga patut diperhatikan. Di jalan raya menuju kampus masih belum tersedia jalur pejalan kaki, sehingga harus “berebut“ dengan kendaraan bermotor dan mobil.
Penggunaan armada bus kampus bukan merupakan solusi yang brilian dalam “mempersempit” jarak. Karena bus merupakan model transportasi berbahan bakar fosil (fosil-fuel driven vehicle) yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui  (unrenewable  resources). Program sepeda kampus sebagai alternatif transportasi internal dalam kampus yang lebih ramah lingkungan tentu menarik untuk dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Sistem kelola yang profesional serta dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuat civitas akademika khususnya mahasiswa lebih nyaman untuk menggunakan sepeda. Sistem yang dipakai bisa dengan mengimitasi sistem rental sepeda yang diterapkan di kawasan Kampung Inggris, Pare, Kediri.[10]

Efisiensi Energi dan Konversi Energi
Penghematan energi melalui manajemen energi juga tak luput dari perencanaan tata ruang arsitektur  hijau. Salah satu faktor penting dalam isu berkelanjutan adalah mengurangi ketergantungan manusia terhadap penggunaan sumber energi yang tidak terbarukan.[11] Salah satunya dapat dimulai dengan mengkonversi penggunaan energi listrik pada  lampu jalan di dalam kampus dengan pemanfaatan energi surya atau solar cell  yang mampu mengubah energi surya menjadi energi listrik.  Suryo Anggoro menyebut bahwa telah berkembang Hybrid Solar Lighting atau penerangan hibrid dengan energi matahari yang lebih efisien dalam memanfaatkan energi matahari. Upaya-upaya efisiensi untuk penerangan bangunan dapat dilakukan antara lain melalui penggunaan lampu hemat energi atau pemanfaatan photovoltaic serta modifikasi fasad, jendela dan bukaan dinding bangunan. Karena penerangan hibrid memberikan keleluasaan aplikasi dan pengembangan inovasi penerangan bangunan yang memanfaatkan energi matahari.[12] Informasi dan aplikasi teknologi yang efektif dan efisien juga tidak boleh ketinggalan. Dengan penemuan dan penelitian baik dari masukan internal maupun dari pihak eksternal akan memberikan percepatan bagi kampus Unnes dalam melakukan manajemen energi.
Dalam bidang energi, penelitian terhadap energi alternatif dan manajemen energi merupakan hal vital untuk terus dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi energi.[13] Termasuk di dalamnya dengan penggunaan teknologi yang hemat energi.

Ruang Terbuka Hijau yang Mencerdaskan
Penataan ruang yang berwawasan lingkungan diperlukan dalam pembangunan di kawasan kampus Unnes. Sehingga fungsi guna bangunan, pemanfaatan ruang dan penghematan penggunaan energi tanpa kehilangan nilai estetika dapat dilakukan.
Pembangunan kos-kos sekitar kampus yang begitu masif tanpa memperhatikan faktor sosial dan hanya melihat nilai ekonomi menjadi problematika baru. Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar Unnes mengenai tata ruang membutuhkan pembinaan, agar pembangunan kawasan sekitar kampus tidak semata-mata untuk mencari keuntungan ekonomi saja tetapi juga mempertimbangkan faktor lingkungan. Ketersediaan tanah resapan yang menjadi tumpuan kesediaan air tanah semakin menyempit yang disebabkan pembangunan bangunan, pavingisasi yang dilakukan di sekitar tempat tinggal dan penggunaan air sumur bor yang besar. Kondisi ini jelas mengganggu kelangsungan siklus hidrologi. Padahal peraturan mengenai pembangunan kota  yang didasarkan pada UU No. 26 Tahun 2007[14] tentang Tata Ruang Kota mengatur penataan ruang dengan tujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Pembangunan drainase di pinggir jalan menuju kampus juga harus diperhatikan, jangan sampai kita terlambat mengantisipasi dengan datangnya musim hujan yang membuat aliran air meluber ke jalan raya yang tentu membahayakan pengguna jalan bahkan merusak jalan raya.
Pemeliharaan dan peningkatan sarana-prasanara merupakan hal penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan di Universitas Negeri Semarang. Tempat di kawasan kampus Unnes yang hampir memiliki multifungsi dan ramai adalah taman yang berada di antara kawasan Tugu Sutera, taman perpustakaan dan area sekitar auditorium.  Di sekitar daerah tersebut memang biasa ramai pada sore hari dan digunakan sebagai tempat berolahraga, berdiskusi dan hiburan.  Area terbuka tersebut digunakan untuk jogging, berdiskusi, rapat, mengakses internet lewat jaringan wifi dan kegiatan lain. Area yang dilengkapi dengan tempat duduk, gazebo dan penataan taman yang nyaman dan rindang menjadikan kawasan sebagai ruang terbuka hijau publik. Penataan kawasan taman di Unnes dapat ditingkatkan dengan melihat dan membandingkan Taman  Bungkul yang berada di Surabaya. Taman Bungkul memiliki fungsi yang bersamaan dalam satu waktu, seperti duduk-duduk dan ngobrol, kencan, membaca, makan-makanan ringan, bermain musik atau ngamen, berfoto, permainan anak-anak seperti sepeda, skate board,  autopet, dan lain-lain.Berbagai percampuran kegiatan ini, tanpa disadari, tidak saling mengganggu dan  tetap dalam keseimbangan.  Kegiatan inipun terbuka dilakukan pada siang dan malam hari.[15] Taman di Unnes dapat meniru Taman Bungkul. Mulai dari pengembangan penyediaan air keran siap minum dan taman baca outdoor. Impian penulis mengenai pembangunan taman baca outdoor yang dapat  dikembangkan di Unnes. Selain pertimbangan bahwa kampus adalah tempat mencari dan mengembangkan pengetahuan. Karena dunia kampus dan elemen yang berada di dalamnya memiliki tanggung jawab moral dalam membangun kesepahaman dan peningkatan kapasitas dari perguruan tinggi dalam membangun insan cendekia di Indonesia.[16]
Lokasi dari kawasan sekitar perpustakaan Unnes dapat ditata dengan fasilitas perpustakaan/taman baca outdoor.  Bangunan Open Air Library / KARO Architekten[17] yang berada di Magdeburg, Jerman merupakan salah satu bentuk perpustakaan gaya baru yang tidak hanya mengedepankan fungsi pendidikan, tapi juga fungsi sosial dan ekologis. Dari situ pemanfaatan kawasan Unnes khususnya taman dapat mulai dipikirkan dengan memaksimalkan fungsi taman sebagai tempat meningkatkan keilmuan yang ramah lingkungan. Bukankah sangat menarik untuk mengembangkan ruang terbuka hijau (taman) yang tidak hanya sejuk tapi juga mencerdaskan.

PENUTUP
Unnes telah mencanangkan diri sebagai Universitas Konservasi yang memuat berbagai tanggung jawab baru dan pembenahan secara terus menerus, baik dari segi internal maupun eksternal, yang berupa fisik (pembangunan) maupun non fisik (pendidikan lingkungan). Penguatan konsep green campus melalui pembangunan infrastruktur dan arsitektur hijau dapat dilakukan untuk menunjang konsep konservasi. Dalam hal ini ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan.

Pertama, pembangunan lalur pedestrian dan sepeda sebagai sarana konversi penggunaan sepeda motor dan mobil di kawasan Unnes. Serta sebagai upaya memasyarakatkan budaya berjalan kaki dan bersepeda di kawasan kampus yang aman, nyaman dan ramah lingkungan.

Kedua, efisiensi energi dan konversi energi dapat dimulai dengan melakukan konversi penggunaan energi listrik pada lampu jalan di dalam kampus dengan pemanfaatan energi surya atau solar cell atau Hybrid Solar Lighting yang mampu mengubah energi surya menjadi energi listrik. Efisiensi dan konversi energi adalah bukti kuatnya komitmen Unnes sebagai kampus yang ramah lingkungan.

Ketiga, Pembangunan drainase di pinggir jalan menuju kampus dan pemberian pengetahuan mengenai tata ruang dan dampaknya bagi lingkungan sangat penting. Pemanfaatan taman di kawasan Unnes agar tercipta ruang terbuka hijau yang segar dapat ditingkatkan dengan membangun penyediaan air keran siap minum dan taman baca outdoor. Outdoor Library akan menjadi ide yang menarik menciptakan ruang terbuka hijau yang bukan hanya segar dan nyaman tetapi juga mencerdaskan.


Pembangunan infrastruktur dan arsitektur hijau dengan berdasarkan tinjauan ekologis akan membuat pembangunan berjalan tanpa merusak alam. Framework togetherness dalam pembangunan infrastuktur di Unnes adalah tanggung jawab setiap komponen baik itu pejabat kampus, civitas akademika, masyarakat maupun pihak swasta. Agar nantinya harapan Unnes menjadi Universitas konservasi yang senantiasa bergerak dengan fungsi sebagai “penjaga alam”. Karakter konservasi di seluruh stake holder ini ditandai dengan sikap respect pada lingkungannya sehingga konservasi sebagai moral force (kekuatan moral). Jean Jacques Rousseau dalam The Social Contract[18] mengatakan bahwa perubahan dari masyarakat alami (state of nature) menjadi masyarakat sipil (civil state) menghasilkan pula perubahan yang sangat besar pada manusia, yaitu menghasilkan suatu watak moral (moral character) bagi tindakannya yang tidak dimiliki sebelumnya.
Perubahan yang dimaksud oleh Rousseau adalah dari kebebasan yang tidak terbatas menjadi kebebasan sipil yang dibatasi oleh kehendak umum. dalam konteks ini memanfaatkan alam adalah hak individu. Tetapi menikmati udara yang segar, air yang bersih adalah kehendak umum. Dan harapan bersama dari komunitas kampus Unnes ini akan muncul benih-benih yang turut aktif dalam menjaga kelestarian  sumberdaya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tsabit Anizar. 2013. “Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan”. Indonesian Journal of Conservation, Vol. 2, No. 1, hlm 74-83.
Anggoro, Suryo. 2009. “Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif Teknologi Penerangan Alami Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT,  Vol. 10, No. 2 Hal. 121 – 228.
Barliana, M. Syaom dkk. “Belajar dari Kota Surabaya: Pengukuran Kualitas Objektif untuk Menentukan Prioritas Penataan Kota”. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, Vol.2 No.1 Januari 2013.
Karyono, Tri Harso. 2005. Fungsi Ruang Hijau Kota ditinjau dari aspek keindahan, kenyamanan, kesehatan dan penghematan energi”.  J.Tek. Ling. P3TL-BPPT, Vol. 6, No. 3, hlm 452-457.
……… 2006. “Kota Tropis Hemat energi : Menuju Kota Yang Berkelanjutan di Indonesia”. J.Tek. Ling. P3TL-BPPT, Vol. 7, No. 1, hlm. 63-71.
Kridaanto, Muhammad. “Dunia Kampus dan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Koran Muria. 21 September 2013, hal 2.
……… “Meningkatkan Produktivitas melalui Teknologi”. Koran Sindo. 27 Agustus 2014, hal 7.
Nurkamdani, Andri  Rizky. 2010. “Green Urban Vertical Container House dengan Pendekatan Green Metabolist”. Laporan Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret  Surakarta.
Open Air Library / KARO Architekten. 2009. http://www.archdaily.com/39417/open-air-library-karo-architekten. diakses pada tanggal 15 September 2014
Phramesti, Ruby dan Nany Yuliastuti.  2013. “Kajian Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sebagai Kampus Konservasi (Studi Kasus UNNES Sekaran, Semarang)”. Jurnal Teknik PWK, Vol. 2, No. 1, hlm 183-190.
Rousseau, Jean Jacques. 1986. Kontrak Sosial, diterjemahkan oleh Sumardjo. Jakarta: Erlangga
Setyowati, Dewi Liesnoor dkk (ed). 2014.  Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: Unnes Press.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mengatur tentang Tata Ruang Kota
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto (ed). 2010. Unnes Sutera: Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang: Unnes Press.
Winayanti, Lana dkk. 2013. “Walkability and Pedestrian Facilities in Indonesian Cities (Kenyamanan Berjalan kaki dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota-kota Indonesia)”, Makalah Seminar Nasional Hari Habitat Dunia, Jakarta.







[1] UNFCCC merupakan lembaga independen dan bukan merupakan bagian dari PBB. Rumusan kerangka kerjanya mengenai perubahan iklim internasional.
[2]  Undang-undang ini mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
[3] Lihat Agus Wahyudin dan DYP Sugiharto (ed), Unnes Sutera: Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera, Unnes Press, 2010, hlm. 86.
[4]  Baca Dewi Liesnoor Setyowati, dkk (ed),  Pendidikan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri Semarang, 2014, hlm. 5.
[5] Lebih lanjut baca Tsabit Anizar Ahmad, “Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan”. Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1. Juni 2013, hlm. 74-83.
[6] Dikutip dari Andri  Rizky  Nurkamdani, “Green Urban Vertical Container House dengan Pendekatan Green Metabolist”, Laporan Tugas Akhir, Universitas Sebelas Maret  Surakarta, 2010, hlm. 6.
[7] Cermati Ruby Phramesti dan  Nany Yuliastuti, “Kajian Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Kampus Konservasi (Studi Kasus: UNNES Sekaran, Semarang)”, Jurnal Teknik PWK; Vol. 2; No. 1; 2013; hal. 183-190.
[8] Cermati Dr. Lana Winayanti, “Walkability and Pedestrian Facilities in Indonesian Cities (Kenyamanan Berjalan kaki dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota-kota Indonesia)”, Makalah Seminar Nasional Hari Habitat Dunia.
[9] Lihat Tri Harso Karyono,  2005, “Fungsi Ruang Hijau Kota ditinjau dari aspek keindahan, kenyamanan, kesehatan dan penghematan energi”,  J.Tek Ling P3TL-BPPT . 6. (3): 452-457.
[10] Syarat rental sepeda dengan menggunakan Kartu Identitas asli yang masih berlaku (KTP, SIM). ID card berfungsi sebagai jaminan untuk penyewaan sepeda dan akan dikembalikan saat peminjam sudah mengembalikan sepeda yang disewa.
[11] Lihat Tri Harso Karsono, 2006,Kota Tropis Hemat energi: Menuju Kota Yang Berkelanjutan di Indonesia”, J. Tek Ling. P3TL-BPPT. 7. (1): 63-71.
[12] Cermati Suryo Anggoro, 2009, “Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif Teknologi Penerangan Alami Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”, J. Tek. Ling P3TL-BPPT,  Vol. 10 No. 2 Hal. 121 – 228.
[13] Baca Muhammad Kridaanto, “Meningkatkan Produktivitas melalui Teknologi”, Kolom Debat Poros Mahasiswa Koran Sindo, 27 Agustus 2014, hlm. 7.
[14] Undang-Undang yang mengatur tentang Tata Ruang Kota
[15]  Simak dari M. Syaom Barliana dkk, 2013, “Belajar dari Kota Surabaya: Pengukuran Kualitas Objektif untuk Menentukan Prioritas Penataan Kota”, Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, Vol.2 No.1.
[16]  Baca Muhammad Kridaanto, “Dunia Kampus dan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Kolom Sudut Pandang Koran Muria, 21 September 2013, hlm. 2.
[17] Lihat Open Air Library / KARO Architekten, http://www.archdaily.com/39417/open-air-library-karo-architekten , 2009, diakses pada tanggal 15 September 2014)
[18] Nukilan dari Jean Jacques Rousseau, 1986, Kontrak Sosial, diterjemahkan oleh Sumardjo, Jakarta : Erlangga.



Esai ini (versi ASLI dari penulis) menjadi salah satu esai yang masuk 15 besar Lomba Esai Konservasi dan dibukukan dalam antologi "Pelangi Universitas Konservasi edisi 2014"

Kamis, 23 Oktober 2014

Meningkatkan Produktivitas melalui Teknologi


Kolom Poros Mahasiswa Koran Sindo Rabu  27  Agustus 2014
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Selain luas wilayah dan sumber daya manusia yang besar, bangsa ini dipandang juga sebagai bangsa yang besar. Namun, dekade terakhir mulai muncul masalah dalam ketersediaan energi dan pangan.
Dalam kerangka ini penting untuk melihat Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem kosmopolit dunia. Sangat perlu kiranya kita membuka diri dengan negara-negara lain. Teknologi yang berkembang dan diproduksi khususnya oleh negara maju telah menghasilkan alat-alat canggih dalam menghadapi krisis energi dan pangan.
Ini dapat dicontoh dari kebijakan negeri ini, praktik pengembangan varietas baru dalam dunia pertanian akan membuat ketahanan pangan kita dapat bertahan. Ini tentu dibutuhkan penelitian maupun teknologi yang modern demi menghasilkan varietas pangan yang lebih produktif dan tahan hama. Dari hasil varietas terbaik ini dapat digunakan sebagai bahan dalam merancang sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan. Di tingkat lanjut swasembada pangan dan peningkatan daya saing global dari hasil pertanian melalui perluasan perdagangan ke negara-negara lain dapat dilakukan.
Pelajaran berharga dapat kita ambil dari sosok Norman Borlaug melalui Revolusi Hijau yang menyelamatkan jutaan orang dari bencana krisis pangan. Negeri ini juga memiliki ilmuwan-ilmuwan dari Institut Pertanian Bogor yang dapat mengembangkan jejak Revolusi Hijau. Lembaga riset di IPB dapat menjadi pionir dalam proses meneliti dan mengembangkan hasil-hasil pertanian melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan kepada para petani mengenai penggunaan bioteknologi pertanian juga hal yang penting. Penyuluh pertanian bertanggung jawab dalam membina para petani untuk selalu menggunakan teknologi modern guna meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah juga berperan dalam mengawal harga-harga kebutuhan pertanian seperti bibit dan pupuk serta mengawal harga panen ketika anjlok.
Dalam bidang energi, penelitian terhadap energi alternatif dan manajemen energi merupakan hal vital untuk terus dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi energi.
Energi alternatif yang sedemikian banyak sebagai contoh pembangkit listrik tenaga air dan pembangkit listrik tenaga angin yang belum dioptimalkan. Sinar matahari juga mulai diteliti sehingga lahir  solar cell yang mulai menarik perhatian para ilmuwan-ilmuwan sehingga lahir mobil yang menggunakan energi matahari. Pendidikan mengenai lingkungan hidup juga perlu diberikan kepada masyarakat agar pengetahuan mengenai isu penggunaan energi, krisis energi, dan efisiensi energi sangat penting guna memberi gambaran masyarakat mengenai ketahanan energi.
Hingga memang pembangunan teknologi guna mencari energi alternatif menjadi hal yang penting. Dalam hal ini kiranya kita dapat belajar dari negara lain dalam manajemen energi. Mereka mulai meninggalkan ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil sehingga perekonomiannya lebih kuat.
Permasalahan ketahanan energi dan pangan dapat diatasi dengan keoptimisan. Di satu sisi dengan membuka diri terhadap percaturan dunia guna melakukan perubahan teknologi secara efektif dan efisien

Tingkatkan Peran Negara

Kolom Debat Kampus, Harian Suara Merdeka KAMIS, 21-AGUSTUS -2014


Tahun ini, hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-69 diperingati dengan cukup berbeda. Karena bersamaan dengan adanya pemilu legislatif dan pemilu presiden yang digelar di tahun ini membawa suasana baru dan harapan baru bagi bangsa Indonesia. Sejarah telah mencatat bahwa kemerdekaan bangsa ini bukanlah pemberian dari kaum imperalisme, tetapi hasil perjuangan secara kolektif rakyat yang didorong oleh rasa kesamaan nasib. Di bawah kekejaman penjajahan membuat rakyat bekerja sama dan menghilangkan egoisme pribadi, kelompok maupun golongan untuk bersama-sama mewujudkan kebebasan dan kemerdekaan sebagai sebuah bangsa.
Dalam peringatan HUT RI ini tentu niai-nilai kesejarahan yang telah terukir tak akan hilang begitu saja.
Pelajaran berharga yaitu kebersamaan dan sikap altruis dalam menomorsatukan kepentingan negara di atas kepentingan individu dan kelompok harus terus dipupuk. Apalagi dengan terpilihnya wakil-wakil rakyat dan presiden serta wakil presiden tentu menjadi awal bagi penguatan terhadap peran ini.
Negara harus kembali meningkatkan perannya secara maksimal dengan menunjukkan kualitas dalam kinerja, memahami peranannya dan melihat tantangan di masa depan.

Kamis, 30 Januari 2014

Poin-Poin Penting "Janji Kebangsaan Kita"

JANJI KEBANGSAAN KITA


  • Judul                      :   Janji Kebangsaan Kita  
  • No. ISBN                :   9786021411100 
  • Penulis                   :   Anas Urbaningrum 
  • Penerbit                 :   Kepik 
  • Tanggal terbit        :   November - 2013 
  • Jumlah Halaman    :    264 
  • Jenis Cover           :    Soft Cover  
  • Kategori                :   Sosial-Politik 


Melihat profil para politisi kita memang tak akan ada habisnya. Karena citra yang cenderung negatif, karena media yang lebih suka memberitakan informasi negatif dari dampak The Art of Political War.

Istilahnya terjadi kesalahan dalam pendidikan politik (Political education) kepada masyarakat. Terlebih lagi hilangnya roh politik yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan bersama dengan cara bijak dan bermartabat.


Ada satu tokoh muda yang menarik perhatian saya. Terlepas dari "tuduhan politik" yang  dialamatkan kepadanya. Ada suatu rasa penasaran tentang ide, pola pikir maupun sense of politic dari tokoh ini.


Anas Urbaningrum namanya. Buku yang saya pegang berjudul "Janji Kebangsaan Kita" merupakan salah satu dari hasil tulisan karya-karya Bang Anas.


Buku yang berisi tulisan-tulisannya yang terpublikasi di media massa maupun yang belum terpublikasi ini cukup menarik.  Buku yang berisi kumpulan esai sosial-politik.


Berbagai sudut pandang mengenai topik Kebangsaan, Agama, Pancasila, Kerukunan Beragama, sampai Politik dan Demokrasi diuraikan di buku ini.


Dari tulisan-tulisan tersebut akan membuat pemikiran kita bertambah, baik segi ilmu maupun nilai-nilai sosial.


Bagi saya politisi muda ini memang luar biasa, sebagai salah satu pentolan tokoh reformasi dan pejuang dalam mengawal tujuan reformasi di republik ini.


Ada beberapa kutipan dari @Sahabat_Anas mengenai buku ini untuk dijadikan renungan oleh hati dan pikiran kita. Berikut ini kutipan-kutipannya: 

  • Demokrasi produktif adalah demokrasi yang mampu menyelesaikan masalah.
  • Meritokrasi adalah agenda terpenting dalam membangun budaya demokrasi.
  • Demokrasi yang produktif adalah memfokuskan diri pada pencapaian demokrasi itu sendiri, yaitu kesejahteraan rakyat.
  • Menjadi Indonesia bukanlah suatu yang terberi, tapi dipilih, dan kemudian diperjuangkan.
  • Tugas besar kita adalah menghidupkan kembali ruh Pancasila sebagai ideologi yg hidup dan ideologi yg bekerja.
  • Kita tak mungkin memutar kembali jarum jam ke belakang. Bangsa ini sudah berjanji, menjadi bangsa Indonesia dan tugas kita adalah merawat janji tersebut.
  • Tuntutan utama para pejuang Reformasi adalah demokrasi yang fokus utamanya adalah kebebasan.
  • Demokrasi adalah fitrah kehidupan politik, sehingga layak diperjuangkan dengan sekuat tenaga.
  • Pengertian demokrasi yg paling minimalis adalah adanya pergantian kekuasaan secara berkala melalui pemilu.

Dalam prakata buku tersebut ditutup dengan kutipan puisi dari penyair Taufiq Ismail yang dikaguminya :


Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini

Tak ada pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur berarti hancur


(Taufiq Ismail, Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini, 1966)


Selamat membaca dan mengarungi sudut pandang unik dari seorang Anas Urbaningrum.

Saya termasuk salah seorang yang meyakini Anas belum titik, Anas akan melewati episode pertapaannya dengan baik dan makin matang. Anas akan titik, titik, titik dan … dengan halaman-halamannya berikutnya. Kita lihat saja. :-)

Salam Pergerakan,… 

Rabu, 01 Januari 2014

Pemimpin Berintegritas dan Humanis


Oleh : Muhammad Kridaanto *)

Krisis kepercayaan menimbulkan suatu masalah multidimensional yang memerlukan pertolongan segera agar tidak merebak menjadi permasalahan yang semrawut. Salah satu hal mendasar dalam memperbaiki persoalan yang ada adalah melalui sosok dan peran pemimpin yang mampu mengayomi dan memiliki integritas.

Dalam Islam sendiri sosok pemimpin diharapkan sebagai orang yang akan membawa pengikutnya menuju keridhoan Allah SWT. Kepemimpinan lebih menitikberatkan pada pemberian amanah. Dari amanah ini ada suatu tanggung jawab sosial.

Sosok pemimpin yang memiliki sifat, sikap dan perilakunya sangat agung adalah Nabi Muhammad SAW.  Selain Nabi sebagai pemimpin agama juga sebagai pemimpin umat. Kepemimpinannya mampu menebarkan rahmatan lil’alamin (rahmat bagi semesta alam). 

Karakter dari Rasulullah yang memiliki sifat Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah adalah sifat yang luhur nan mulia. Melalui keempat sifat ini Nabi Muhammad menyebarkan ajaran Islam dengan penuh kesantunan dan menjadi seorang pemimpin yang tidak hanya dihormati pengikutnya bahkan oleh lawan-lawannya. Model pemimpin dalam Islam sendiri lebih ke arah pemimpin yang mampu membawa umat untuk mendekat kepada ridho Allah SWT.
Dalam kehidupan berbangsa, sosok presiden yang menjadi pemimpin sebuah negara adalah ujung tombak dari sosok kepemimpinan. Kedekatan antara umara’ dengan ulama sebagai sarana sang pemimpin bisa terus dibimbing dan dituntun, agar selalu dalam kebenaran dan bijaksana dalam kepemimpinannya.

Etika kepemimpinan ala Nabi pada zaman sekarang menjadi suri tauladan bagi munculnya pemimpin-pemimpin yang berintegritas dan berdedikasi. Karena kepemimpinan Nabi adalah sumber profetik yang telah terpraktikkan sepanjang kehidupannya. Meneladani kepemimpinan yang menghubungkan tanggung jawab sosial dengan menjadikan jabatan sebagai amanah dari Allah SWT.

Di sinipun saya menggaris bawahi bahwa pemimpin harus mampu merangkul semua golongan maupun komunitas, sehingga tidak ada diskriminasi terhadap golongan minoritas.

Sosok pemimpin yang membuat saya kagum adalah sosok Gus Dur. Kepemimpinan beliau yang pluralis (merangkul semua), berani untuk turun ke bawah dan sederhana (wara') menjadikan beliau sebagai salah satu simbol kepemimpinan yang luar biasa. Bahkan saat menjabat beliau memperjuangkan hak dari kelompok minoritas untuk mendapat pengakuan sama dalam hukum. Bahkan Gus Dur mendapat gelar sebagai bapak Tionghoa Indonesia. Gus Dur memang sosok yang menjunjung tinggi kebersamaan tanpa membedakan-bedakan asal usul seseorang, warna kulit, bahasa, dan agama.Selain kemampuan politik dan ilmu agama, Gus Dur juga sosok yang memiliki sikap adil tanpa membeda-bedakan. 

Di akhir ini saya ingin mengutip dari Syeikh Abdul Qadir al-Jilani yang pernah berpesan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, maka setidaknya harus memiliki tiga kualitas. Yaitu Ilmul ‘Ulama (seorang yang berilmu layaknya seorang ulama’, sehingga memiliki pengaruh yang besar bagi orang-orang yang dipimpin), Hikmatul Hukama’ (seorang pemimpin harus bersikap adil & bijaksana dlm mengambil keputusan), dan Siyasatul Mulk (memiliki pengetahuan politik yang tinggi)

Hingga diharapkan kita memiliki keinginan untuk meneladani kepemimpinan Nabi dan sosok-sosok pemimpin humanis yang baik suluk (laku)nya.


*) Mahasiswa Jurusan Fisika 2010; Alumni Ketua IPNU Unnes, Aktivis Cultural Freedom

Revitalisasi Pendidikan Karakter

Revitalisasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Bangsa

Oleh : Muhammad Kridaanto*)

 Tulisan ini menjadi salah satu dari 29 naskah terseleksi yang diterbitkan dalam bentuk buku. Dalam kegiatan FESTIVAL NULIS KRITIS 2013 yang diadakan oleh BEM FIP Unnes dengan tema : Menggagas Pendidikan Berkarakter Indonesia




Kita telah memahami dunia Pendidikan di Indonesia yang masih terus berproses dalam menemukan jati dirinya. Yang sedang menjadi perbincangan adalah mengenai kurikulum pendidikan 2013. Sebagai sebuah bangsa yang besar memang bukan hal mudah dalam menentukan formula yang sama dalam proses pengembangan sistem pendidikan yang meramu setiap potensi peserta didik. Di samping belum meratanya infrastuktur pendidikan di beberapa wilayah di Indonesia, juga dipengaruhi oleh penyebaran pendidik di setiap daerah.

Fokus dunia pendidikan yang lebih mengarah ke aspek afektif patut dijadikan semangat baru dalam memahami peserta didik dan melihat pendidikan dengan lebih komprehensif. Dengan definisi pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Menurut UU No. 20 tahun 2003). Maka sudah sepatutnya dasar ini dijadikan sebagai pengembangan atas konsep pendidikan di Indonesia.

Kurikulum 2013 digagas sebagai upaya untuk menyiapkan kompetensi peserta didik dalam menyiapkan era globalisasi. Kurikulum ini juga dianggap sebagai kurikulum yang akan menyiapkan kompetensi dari para anak didik untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan kompetensi dengan peningkatan kompetensi Teknologi Informasi yang terintegrasi di setiap mata pelajaran dan pemberian porsi lebih di beberapa bidang mata pelajaran berbasis pembentukan karakter peserta didik.

Walaupun penerapannya masih dalam tahap uji coba setidaknya kita memiliki gambaran tentang pendidikan nasional menurut pemerintah.


Tujuh Jurus Memupuk Pendidikan Karakter

Di sini saya ingin memberikan pendapat saya mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh segenap pemangku kepentingan di dunia pendidikan Indonesia, baik itu pemerintah, pendidik, anak didik, pihak swasta maupun pihak lain untuk dapat dijadikan masukan maupun khasanah ilmu bagi perbaikan pendidikan berbasis karakter di Indonesia.

Yang pertama dilakukan adalah pemerataan kualitas pendidik atau guru di setiap daerah. Pemerataan ini bukan hanya dilakukan dengan menyebar pendidik di pulau jawa untuk mengajar di wilayah lain di Indonesia tetapi lebih kepada bagaimana potensi putra daerah dapat diberdayakan secara maksimal. Peningkatan kualitas putra daerah tentu akan membuat pemerataan ini lebih bersifat kekeluargaan dan tidak ada sifat “iri” karena adanya perbedaan pandangan terhadap kualitas pendidik di berbagai wilayah yang ada. Bagaimana cara agar kualitas pendidik di setiap daerah menjadi setara? Tentu dengan pemberian kesempatan dari pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan di tingkatan provinsi dan kabupaten, karena yang akan mengetahui medan dari pendidikan di sebuah daerah tentu lebih dikenali oleh “pemilik” daerah tersebut. Dari sini pendidikan karakter akan lebih menunjukkan progres dengan adanya pemahaman dari kondisi daerah.

Kedua, melakukan evaluasi terhadap pemerataan akses informasi di setiap daerah. Akses informasi yang dimaksud adalah buku pelajaran, akses internet, maupun alat peraga pelajaran. Informasi menjadi keniscayaan yang penting bagi majunya dunia pendidikan sekaligus sebagai bumerang kalau tidak diantisipasi dengan baik. Seorang pendidik diharapkan memiliki akses informasi yang luas mengenai dunia luar agar tidak kalah dengan anak didiknya. Ketika mengoperasikan internet saja belum mahir tentu akan kalah dengan anak didik yang sudah mahir berinternet ria. Di sinilah PR besar bagi akses informasi yang harus dimiliki seorang pendidik agar selalu bisa mengikuti perkembangan zaman, sekaligus dapat mengontrol peserta didik agar selalu berada dalam nilai dan norma yang ada di masyarakat.

Ketiga, infrastruktur yang lebih ramah terhadap perkembangan karakter peserta didik. Seringkali sekolah menjadi sebuah tempat “penyiksaan” bagi kreativitas peserta didik. Padahal pengekangan  kreativitas ini akan menimbulkan berbagai sifat dan perilaku yang negatif. Coba bandingkan antara sekolah formal di bangku SD, SMP, SMA dengan bangku TK. Dari segi infrastuktur, sekolah TK lebih ramah terhadap perkembangan peserta didik. Tempat permainan bersama menjadi tempat untuk bersosialisasi. Tembok yang memiliki gambar-gambar yang unik dan pemberian pesan-pesan moral di dalamnya. Bandingkan dengan di bangku SD, SMP dan SMA yang cenderung datar. Ruang berekspresi maupun pemberian pesan-pesan moral menjadi dilupakan. Sekolah seperti tempat yang cenderung kaku dan ditambah lagi bayang-bayang pelajaran yang sulit.

Keempat, masalah porsi pelajaran. Sering ketika kita menanyakan kepada seorang peserta didik, apa yang didapatkan dari bangku sekolah? Maka tidak asing kita mendengar kata “ilmu” yang berupa hafalan, tugas yang menumpuk, Ulangan yang mengharuskan peserta didik untuk menggunakan sistem SKS (sistem kebut semalam) atau ketakutan akan Ujian Nasional. Berbagai tuntutan yang dialamatkan kepada seorang peserta didik akan membuat suasana pembelajaran menjadi kaku. Peserta didik yang memiliki motivasi untuk belajar sambil bermain atau belajar sambil mengembangkan bakat menjadi kehilangan wadahnya. Peserta didik yang memiliki keahlian di bidang seni maupun olahraga menjadi seorang peserta didik yang dianggap kalah (dalam hal akademik). Sedangkan peserta didik yang pandai secara akademik cenderung kurang bisa memacu keterampilan khusus. Bakat-bakat muda menjadi tidak berkembang bahkan hilang.

Di sinilah perlunya menggelorakan kembali kegiatan ekstra kurikuler yang beragam dan memiliki daya tarik bagi peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler menjadi sebuah pilihan positif bagi perkembangan bakat dan minat peserta didik sekaligus menjadi ajang untuk melatih mental atau karakter. Sekolah yang didesain untuk menumbuhkan bakat dan minat seorang peserta didik membuat tempat berekspresi mereka menjadi lebih banyak. Bukankah setiap anak memiliki berbeda dan memiliki bakat masing-masing? Dan sudah tidak sepatutnya kita mengekang dengan banyaknya pelajaran yang istilahnya hanya untuk sekedar mengisi raport peserta didik dan menjadi angin lalu ketika sudah selesai ujian.

Kelima, menggelorakan kembali kultur daerah sebagai penopang karakter peserta didik. Dengan keberagaman yang ada di setiap daerah adalah tantangan bagi pendidikan di Indonesia. Kita tak akan bisa memiliki sistem pendidikan yang baik, kalau kita tidak memahami budaya yang ada di negara kita. Kita boleh melihat sistem pendidikan negara lain seperti Finlandia maupun Amerika Serikat dengan sistem pendidikan yang ada. Tetapi kita tidak boleh melupakan tempat sistem itu diaplikasikan. Kita tahu beragam kultur daerah masih melekat di masyarakat. Budaya atau kultur ini bisa dijadikan suatu sistem yang bersifat mandiri dalam meramu pendidikan di setiap daerah. Budaya yang dimaksud  adalah bahasa daerah maupun tradisi yang ada. Melalui budaya tersebut tentu memuat di dalamnya nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Mungkin saja budaya setiap daerah berbeda bahkan bertolak belakang, tapi dari sistem pendidikan yang berbasis budaya daerah akan mampu menciptakan perspektif baru bagi dunia pendidikan yang tidak melupakan kekayaan budaya daerah sekaligus sebagai penopang bagi penanaman nilai dan norma yang akan membentuk karakter peserta didik.

Keenam, dengan penanaman nilai-nilai agama. Nilai agama menjadi sebuah subjek yang fundamental terhadap ramuan dari sistem pendidikan di Indonesia. Dengan enam agama yang diakui secara resmi di Indonesia tentu harus diberikan porsi secara tepat. Seorang peserta didik harus dibekali nilai-nilai agama sesuai dengan apa yang dianutnya. Jadi nilai-nilai agama ini akan menjadi sebuah koridor perjalanan spiritual dari perkembangan peserta didik.

Ketujuh, semangat Nasionalisme atau cinta tanah air. Di subjek yang terakhir ini menjadi hal yang harus disadari secara bersama yaitu penanaman nasionalisme kepada para peserta didik. Lewat jiwa nasionalisme ini akan muncul patriotisme. Dari sinilah akan timbul semangat untuk memajukan bangsa dan kerelaan untuk berkorban demi bangsa. Dari penanaman nasionalisme di dunia pendidikan tentu akan lebih memperkuat semangat untuk berbuat dan berkarya dalam memajukan negara. Sehingga diharapkan akan ada kesadaran dari peserta didik sebagai generasi muda agar mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Sehingga menjadi harapan bersama kita tak akan mendengar perbuatan korupsi yang dilakukan secara sistematis dan berkelompok, tetapi dapat mendengar putra-putra bangsa secara berkelompok maupun individu saling berlomba dan menciptakan kreasi di kancah Internasional maupun nasional dengan semangat mengharumkan nama bangsa.

Dari ketujuh hal yang menjadi pertimbangan saya terhadap dunia pendidikan ini tentu dapat dijadikan tambahan dalam dunia pendidikan kita. Sebagai salah satu unsur pendidikan tentu berharap bahwa pendidikan bukan hanya dijadikan sebagai sebuah media untuk membuat seorang manusia menjadi robot ataupun hanya berfungsi sebagai mesin fotokopi, tetapi pendidikan yang tidak kehilangan identitas nasional maupun identitas budaya, sehingga peserta didik dapat menjadi manusia yang berproses secara utuh, yang menyemai semangat dan menularkan gagasan-gagasannya serta tentu saja tetap memiliki jiwa nasionalisme dan bangga dengan budaya daerahnya.

Akhirnya saya tutup opini saya dengan sebuah kalimat "Without knowing the force of words, it is impossible to know human beings" (Konfusius).


*) Mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2010