TINJAUAN EKOLOGIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN ARSITEKTUR HIJAU DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Oleh: Muhammad Kridaanto
Mahasiswa Jurusan Fisika
Fakultas MIPA
PENDAHULUAN
Modernitas yang ditandai dengan perkembangan industri dan teknologi telah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi semakin mempermudah kerja dari manusia tetapi di sisi lain dapat merugikan, misalnya terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kekhawatiran ini terus direspon oleh berbagai kalangan. Masalah lingkungan hidup seperti pencemaran lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim dan berbagai krisis lingkungan merupakan permasalahan hangat yang menjadi perhatian. Dunia internasional melalui konvensi perubahan iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)[1] membahas mengenai permasalahan pengelolaan Lingkungan dan Pembangunan. Sedangkan dalam lingkup nasional, perhatian pemerintah terhadap masalah ini dituangkan melalui Undang-Undang No. 32 tahun 2009.[2]
Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu
Universitas di Indonesia yang secara progresif merespon isu lingkungan hidup dengan
mencanangkan diri sebagai kampus
konservasi. Tepatnya pada tanggal 12 Maret
2010 Universitas Negeri Semarang (Unnes) mendeklarasikan diri sebagai Universitas
Konservasi (Conservation University)
yang Sehat, Unggul dan Sejahtera (SUTERA).
Pada tanggal tersebut menjadi starting
point bagi Universitas Negeri Semarang khususnya civitas akademika untuk
turut andil dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Maksud dari Universitas Konservasi adalah sebuah
universitas yang dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi mengacu pada prinsip-prinsip konservasi (perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam dan seni budaya, serta berwawasan ramah
lingkungan.[3]
Konservasi yang menjadi visi Unnes ini bukan hanya berhenti
pada slogan saja, hal ini dibuktikan melalui berbagai kegiatan yang mendukung
seperti program zero waste (nirsampah), paperless
(nirkertas), penghijauan dan lain sebagainya. Dalam kawasan kampus Unnes
sendiri terus dilakukan regulasi
untuk terus menggali nilai-nilai konservasi. Potret kebijakan dan tata kelola
kawasan kampus diatur agar sesuai dengan kebijakan konservasi yang digalakkan.
Upaya konkrit visi konservasi dilakukan melalui
kegiatan berwawasan lingkungan dan
pendidikan lingkungan hidup. Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi
mata kuliah umum yang wajib diambil oleh
mahasiswa di kampus Universitas Negeri Semarang. Pendidikan lingkungan hidup dimaksudkan agar
mahasiswa mengetahui dan dapat mengelola secara bijaksana sumber daya dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang
diperlukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan atau perilaku yang membuat sumber
daya kita tetap dapat dimanfaatkan secara lestari atau dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan (sustainable used).[4]
Pengkajian pendidikan lingkungan terhadap relevansi pada pembelajaran di jurusan
ataupun prodi yang ada di UNNES juga dilakukan. Salah satunya adalah gagasan
Tsabit Anizar Ahmad (2013) dalam paper berjudul
Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan[5]. Dalam
paper tersebut memuat tentang upaya mengembangkan
pembelajaran sejarah berwawasan lingkungan sebagai roles model dalam penanaman
nilai pelestarian dan peduli lingkungan. Sehingga pembelajaran kuliah dapat berintegrasi dengan penanaman cinta
lingkungan.
Konsep Green
Campus yang terus dikembangkan oleh Unnes dilakukan melalui upaya secara
sistematis, masif dan terstruktur dalam hal manajemen lingkungan. Manajemen
lingkungan yang menjadi ruang lingkupnya meliputi konservasi keanekaragaman
hayati, arsitektur hijau dan sistem transportasi internal, pengelolaan limbah,
kebijakan nirkertas dan kebijakan energi bersih.
Pembangunan dan konstruksi yang selayaknya untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia justru menjadi penyumbang kerusakan alam
terbesar. Secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam,
40% energy, dan 16% air. Selain itu konstruksi juga menyumbang emisi CO2
terbanyak, yakni 45%. Tentu solusi terbaiknya tidak menghentikan pembangunan,
tetapi membangun dengan lebih bijaksana,
salah satunya dengan penerapan Green Desain, sustainable dan hemat energi.[6] Keterkaitan
pembangunan infrastruktur dan tata kelola ruang harus dikelola secara benar.
Infrastruktur di kawasan kampus Unnes harus dilakukan dengan melihat tinjauan
ekologis sehingga meminimalisir kerusakan pada lingkungan. Pembenahan dan
perencanaan terhadap tata ruang di kawasan kampus Unnes sebagai bentuk
kepedulian terhadap kelestarian alam. Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor
dan mobil di kawasan kampus, penyediaan jalur pedestrian bagi pejalan kaki dan
sepeda sebagai upaya untuk menggunakan energi secara efektif dan efisien. Terkait dengan permasalahan itu maka pada tulisan singkat
ini akan mencoba membahas topik ”Peneguhan
Visi Konservasi: Tinjauan
Ekologis Pembangunan Infrastruktur dan Arsitektur Hijau di Universitas Negeri
Semarang”.
Pembangunan Jalur Pedestrian
dan Sepeda
Ruby Phramesti dan
Nany Yuliastuti (2013) melakukan sebuah penelitian[7]
mengenai pembangunan berkelanjutan di kawasan kampus Unnes dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis capaian Unnes dalam manajemen kawasan kampus.
Walaupun secara keseluruhan semua aspek dikategorikan baik, tetapi ada beberapa
score yang perlu ditingkatkan karena
memiliki nilai yang rendah. Ada 4 hal yang menjadi perhatian penulis dengan mencermati
penelitian tersebut, yakni nilai indeks manajemen dari segi penghematan energy sebesar 2.14, nilai indeks aspek
kenyamanan kampus Unnes sebesar 2.12, nilai indeks kualitas kurikulum yang
telah dilakukan sebesar 2.11 dan nilai indeks untuk dukungan pengembangan konservasi dalam riset
dan kurikulum adalah 2,07. Dengan
penjelasan tingkat kemampuan berdasarkan Nilai Indeks untuk skor 0 – 1
artinya buruk; skor 1,1 – 2
artinya kukup dan skor 2,1 – 3 artinya baik.
Dari penelitian tersebut menjadi koreksi terutama
dalam manajemen penghematan energi dan kenyamanan kampus Unnes. Penghematan
energi di kawasan kampus Unnes memang belum dilakukan secara maksimal.
Diperlukan beberapa alternatif kebijakan untuk terus melakukan penghematan ini.
Kebijakan yang sedang berjalan adalah pelarangan menggunakan kendaraan bermotor
pada jam kerja dan penggunaan armada bus kampus. Walaupun sudah ada bus dalam
kampus, namun menjadi pertimbangan penulis untuk kembali memunculkan lagi ide
transportasi hemat biaya dan menyehatkan yaitu sepeda dan jalan kaki.
Menumbuhkan gerakan jalan kaki dan bersepeda di kampus
memang harus terus dilakukan. Penyediaan
sarana jaringan pejalan kaki yang aman dan nyaman (walkability) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera
diselesaikan. Berdasarkan riset[8]
dari Dr. Lana Winayanti, MCP menyimpulkan bahwa peningkatan akses pejalan kaki
dan fasilitas pendukungnya, serta mobilitas masyarakat akan akan meningkatkan
efektifitas transportasi publik, menurunkan penggunaan energi,
meningkatkan keadilan sosial, serta
fungsi kota sebagai pusat pengembangan ekonomi.
Dalam kaitan dengan pembangunan arsitektur hijau, hal
ini terkait dengan sarana-prasarana yang tidak boleh melupakan nilai-nilai
konservasi. Misalkan saja pembangunan sarana jalur pedestrian bagi pejalan kaki
dan sepeda yang merupakan ruang terbuka dapat diberikan suasana “hijau” dengan
memberi pohon-pohon yang rindang di sekitar jalur sebagai kanopi, karena berdasarkan
pengalaman penulis ketika berjalan kaki pada siang hari dari Simpang Tujuh ke
kampus FIS melalui trotoar yang diperuntukkan untuk pejalan kaki terasa sangat
panas karena tidak ada pohon-pohon di sekitarnya. Pohon yang ditanam sepanjang
jalur pedestrian juga akan menambah estetika selain dapat yang menambah
kenyamanan bagi pejalan kaki dari panasnya sinar matahari. Karyono peneliti
dari Badan Pengkajian dan Penerapan Energi mengatakan bahwa ketika matahari
memancarkan panasnya melalui radiasi. Material keras menyerap energi panas namun
pada saatnya dipancarkan kembali. Warna permukaan juga menentukan jumlah
penyerapan panas, warna gelap menyerap sementara warna terang lebih banyak
memantulkan panas radiasi. Akibat tertutupnya permukaan tanah oleh beton – baik
berupa bangunan, parkir dan jalan, radiasi matahari diserap dan kemudian
dilepaskan kembali ke udara sekitarnya.[9] Di
sinilah dibutuhkan tumbuhan di sepanjang jalur hijau untuk mengurai CO2
dan meningkatkan O2. Sarana jalan menuju kampus menjadi masalah yang
juga patut diperhatikan. Di jalan raya menuju kampus masih belum tersedia jalur
pejalan kaki, sehingga harus “berebut“ dengan kendaraan bermotor dan mobil.
Penggunaan armada bus kampus bukan merupakan solusi
yang brilian dalam “mempersempit” jarak. Karena bus merupakan model
transportasi berbahan bakar fosil (fosil-fuel
driven vehicle) yang merupakan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources). Program
sepeda kampus sebagai alternatif transportasi internal dalam kampus yang lebih ramah
lingkungan tentu menarik untuk dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Sistem
kelola yang profesional serta dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuat civitas akademika khususnya mahasiswa
lebih nyaman untuk menggunakan sepeda. Sistem yang dipakai bisa dengan mengimitasi
sistem rental sepeda yang diterapkan di kawasan Kampung Inggris, Pare, Kediri.[10]
Efisiensi Energi dan Konversi
Energi
Penghematan energi melalui manajemen energi juga tak
luput dari perencanaan tata ruang arsitektur
hijau. Salah satu faktor penting dalam isu berkelanjutan adalah
mengurangi ketergantungan manusia terhadap penggunaan sumber energi yang tidak
terbarukan.[11]
Salah satunya dapat dimulai dengan mengkonversi penggunaan energi listrik
pada lampu jalan di dalam kampus dengan
pemanfaatan energi surya atau solar cell yang mampu mengubah energi surya menjadi
energi listrik. Suryo Anggoro menyebut
bahwa telah berkembang Hybrid Solar Lighting
atau penerangan hibrid dengan energi matahari yang lebih efisien dalam
memanfaatkan energi matahari. Upaya-upaya efisiensi untuk penerangan bangunan dapat
dilakukan antara lain melalui penggunaan lampu hemat energi atau pemanfaatan photovoltaic serta modifikasi fasad,
jendela dan bukaan dinding bangunan. Karena penerangan hibrid memberikan keleluasaan
aplikasi dan pengembangan inovasi penerangan bangunan yang memanfaatkan energi
matahari.[12]
Informasi dan aplikasi teknologi yang efektif dan efisien juga tidak boleh
ketinggalan. Dengan penemuan dan penelitian baik dari masukan internal maupun
dari pihak eksternal akan memberikan percepatan bagi kampus Unnes dalam
melakukan manajemen energi.
Dalam bidang energi, penelitian terhadap energi
alternatif dan manajemen energi merupakan hal vital untuk terus dilakukan dalam
rangka meningkatkan efisiensi energi.[13]
Termasuk di dalamnya dengan penggunaan teknologi yang hemat energi.
Ruang Terbuka Hijau yang Mencerdaskan
Penataan ruang yang berwawasan lingkungan diperlukan
dalam pembangunan di kawasan kampus Unnes. Sehingga fungsi guna bangunan,
pemanfaatan ruang dan penghematan penggunaan energi tanpa kehilangan nilai
estetika dapat dilakukan.
Pembangunan kos-kos sekitar kampus yang begitu masif
tanpa memperhatikan faktor sosial dan hanya melihat nilai ekonomi menjadi
problematika baru. Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar Unnes mengenai tata
ruang membutuhkan pembinaan, agar pembangunan kawasan sekitar kampus tidak
semata-mata untuk mencari keuntungan ekonomi saja tetapi juga mempertimbangkan
faktor lingkungan. Ketersediaan tanah resapan yang menjadi tumpuan kesediaan
air tanah semakin menyempit yang disebabkan pembangunan bangunan, pavingisasi
yang dilakukan di sekitar tempat tinggal dan penggunaan air sumur bor yang
besar. Kondisi ini jelas mengganggu kelangsungan siklus hidrologi. Padahal peraturan
mengenai pembangunan kota yang
didasarkan pada UU No. 26 Tahun 2007[14] tentang Tata Ruang Kota mengatur penataan ruang dengan tujuan untuk mewujudkan
ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Pembangunan drainase di pinggir jalan menuju kampus
juga harus diperhatikan, jangan sampai kita terlambat mengantisipasi dengan
datangnya musim hujan yang membuat aliran air meluber ke jalan raya yang tentu
membahayakan pengguna jalan bahkan merusak jalan raya.
Pemeliharaan dan peningkatan sarana-prasanara
merupakan hal penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan di Universitas
Negeri Semarang. Tempat di kawasan kampus Unnes yang hampir memiliki
multifungsi dan ramai adalah taman yang berada di antara kawasan Tugu Sutera, taman
perpustakaan dan area sekitar auditorium.
Di sekitar daerah tersebut memang biasa ramai pada sore hari dan digunakan
sebagai tempat berolahraga, berdiskusi dan hiburan. Area terbuka tersebut digunakan untuk
jogging, berdiskusi, rapat, mengakses internet lewat jaringan wifi dan kegiatan
lain. Area yang dilengkapi dengan tempat duduk, gazebo dan penataan taman yang
nyaman dan rindang menjadikan kawasan sebagai ruang terbuka hijau publik.
Penataan kawasan taman di Unnes dapat ditingkatkan dengan melihat dan
membandingkan Taman Bungkul yang berada
di Surabaya. Taman Bungkul memiliki fungsi yang bersamaan dalam satu waktu,
seperti duduk-duduk dan ngobrol, kencan, membaca, makan-makanan ringan, bermain
musik atau ngamen, berfoto, permainan anak-anak seperti sepeda, skate
board, autopet, dan lain-lain.Berbagai
percampuran kegiatan ini, tanpa disadari, tidak saling mengganggu dan tetap dalam keseimbangan. Kegiatan inipun terbuka dilakukan pada siang
dan malam hari.[15]
Taman di Unnes dapat meniru Taman Bungkul. Mulai dari pengembangan penyediaan air
keran siap minum dan taman baca outdoor.
Impian penulis mengenai pembangunan taman baca outdoor yang dapat
dikembangkan di Unnes. Selain pertimbangan bahwa kampus adalah tempat
mencari dan mengembangkan pengetahuan. Karena dunia kampus dan elemen yang
berada di dalamnya memiliki tanggung jawab moral dalam membangun kesepahaman
dan peningkatan kapasitas dari perguruan tinggi dalam membangun insan cendekia
di Indonesia.[16]
Lokasi dari kawasan sekitar perpustakaan Unnes dapat
ditata dengan fasilitas perpustakaan/taman baca outdoor. Bangunan Open Air Library / KARO Architekten[17]
yang berada di Magdeburg, Jerman merupakan salah satu bentuk perpustakaan gaya
baru yang tidak hanya mengedepankan fungsi pendidikan, tapi juga fungsi sosial
dan ekologis. Dari situ pemanfaatan kawasan Unnes khususnya taman dapat mulai
dipikirkan dengan memaksimalkan fungsi taman sebagai tempat meningkatkan
keilmuan yang ramah lingkungan. Bukankah sangat menarik untuk mengembangkan ruang
terbuka hijau (taman) yang tidak hanya sejuk tapi juga mencerdaskan.
PENUTUP
Unnes telah mencanangkan diri sebagai Universitas
Konservasi yang memuat berbagai tanggung jawab baru dan pembenahan secara terus
menerus, baik dari segi internal maupun eksternal, yang berupa fisik
(pembangunan) maupun non fisik (pendidikan lingkungan). Penguatan
konsep green campus melalui pembangunan
infrastruktur dan arsitektur hijau dapat dilakukan untuk menunjang konsep
konservasi. Dalam hal ini ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan.
Pertama, pembangunan lalur pedestrian dan sepeda sebagai sarana konversi penggunaan sepeda motor dan mobil di kawasan Unnes. Serta sebagai upaya memasyarakatkan budaya berjalan kaki dan bersepeda di kawasan kampus yang aman, nyaman dan ramah lingkungan.
Kedua, efisiensi energi dan konversi energi dapat dimulai dengan melakukan konversi penggunaan energi listrik pada lampu jalan di dalam kampus dengan pemanfaatan energi surya atau solar cell atau Hybrid Solar Lighting yang mampu mengubah energi surya menjadi energi listrik. Efisiensi dan konversi energi adalah bukti kuatnya komitmen Unnes sebagai kampus yang ramah lingkungan.
Ketiga, Pembangunan drainase di pinggir jalan menuju kampus dan pemberian pengetahuan mengenai tata ruang dan dampaknya bagi lingkungan sangat penting. Pemanfaatan taman di kawasan Unnes agar tercipta ruang terbuka hijau yang segar dapat ditingkatkan dengan membangun penyediaan air keran siap minum dan taman baca outdoor. Outdoor Library akan menjadi ide yang menarik menciptakan ruang terbuka hijau yang bukan hanya segar dan nyaman tetapi juga mencerdaskan.
Pembangunan infrastruktur dan arsitektur hijau dengan
berdasarkan tinjauan ekologis akan membuat pembangunan berjalan tanpa merusak
alam. Framework togetherness dalam
pembangunan infrastuktur di Unnes adalah tanggung jawab setiap komponen baik
itu pejabat kampus, civitas akademika, masyarakat maupun pihak swasta. Agar
nantinya harapan Unnes menjadi Universitas konservasi yang senantiasa bergerak
dengan fungsi sebagai “penjaga alam”. Karakter konservasi di seluruh stake holder ini ditandai dengan sikap respect pada lingkungannya sehingga konservasi
sebagai moral force (kekuatan moral).
Jean Jacques Rousseau dalam The Social
Contract[18]
mengatakan bahwa perubahan dari masyarakat alami (state of nature) menjadi masyarakat sipil (civil state) menghasilkan pula perubahan yang sangat besar pada
manusia, yaitu menghasilkan suatu watak moral (moral character) bagi tindakannya yang tidak dimiliki sebelumnya.
Perubahan yang dimaksud oleh Rousseau adalah dari
kebebasan yang tidak terbatas menjadi kebebasan sipil yang dibatasi oleh
kehendak umum. dalam konteks ini memanfaatkan alam adalah hak individu. Tetapi
menikmati udara yang segar, air yang bersih adalah kehendak umum. Dan harapan
bersama dari komunitas kampus Unnes ini akan muncul benih-benih yang turut aktif
dalam menjaga kelestarian sumberdaya
alam dan lingkungan hidup di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Tsabit
Anizar. 2013. “Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan”. Indonesian Journal of Conservation, Vol.
2, No. 1, hlm 74-83.
Anggoro, Suryo.
2009. “Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif Teknologi Penerangan Alami
Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, Vol. 10, No. 2 Hal. 121 – 228.
Barliana, M.
Syaom dkk. “Belajar dari Kota Surabaya: Pengukuran Kualitas Objektif untuk
Menentukan Prioritas Penataan Kota”. Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia, Vol.2 No.1 Januari 2013.
Karyono, Tri Harso. 2005. “Fungsi Ruang Hijau Kota ditinjau dari aspek keindahan,
kenyamanan, kesehatan dan penghematan energi”. J.Tek. Ling. P3TL-BPPT, Vol.
6, No. 3, hlm 452-457.
……… 2006. “Kota Tropis Hemat energi : Menuju Kota Yang
Berkelanjutan di Indonesia”. J.Tek. Ling.
P3TL-BPPT, Vol. 7, No. 1, hlm. 63-71.
Kridaanto,
Muhammad. “Dunia Kampus dan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Koran Muria. 21 September 2013, hal 2.
……… “Meningkatkan
Produktivitas melalui Teknologi”. Koran
Sindo. 27 Agustus 2014, hal 7.
Nurkamdani, Andri Rizky. 2010. “Green Urban Vertical Container
House dengan Pendekatan Green Metabolist”. Laporan
Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Open Air Library / KARO Architekten. 2009.
http://www.archdaily.com/39417/open-air-library-karo-architekten.
diakses pada tanggal 15 September 2014
Phramesti, Ruby dan Nany Yuliastuti. 2013. “Kajian Keberlanjutan Universitas
Negeri Semarang (Unnes) Sebagai Kampus Konservasi (Studi Kasus UNNES Sekaran,
Semarang)”. Jurnal Teknik PWK, Vol.
2, No. 1, hlm 183-190.
Rousseau, Jean Jacques. 1986. Kontrak Sosial, diterjemahkan oleh
Sumardjo. Jakarta: Erlangga
Setyowati, Dewi
Liesnoor dkk (ed). 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: Unnes
Press.
Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 mengatur tentang Tata Ruang Kota
Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Wahyudin, Agus dan
DYP Sugiharto (ed). 2010. Unnes Sutera:
Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera.
Semarang: Unnes Press.
Winayanti, Lana
dkk. 2013. “Walkability and Pedestrian Facilities in Indonesian Cities
(Kenyamanan Berjalan kaki dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota-kota Indonesia)”, Makalah Seminar Nasional Hari Habitat Dunia,
Jakarta.
[3] Lihat Agus Wahyudin dan DYP Sugiharto (ed), Unnes
Sutera: Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul,
Sejahtera, Unnes Press, 2010, hlm. 86.
[4] Baca Dewi Liesnoor Setyowati, dkk (ed), Pendidikan
Lingkungan Hidup, Universitas Negeri Semarang, 2014, hlm. 5.
[5] Lebih lanjut baca Tsabit Anizar Ahmad, “Pembelajaran Sejarah Berwawasan Lingkungan”. Indonesian Journal of Conservation Vol.
2 No. 1. Juni 2013, hlm. 74-83.
[6] Dikutip dari Andri Rizky
Nurkamdani, “Green Urban Vertical Container House dengan Pendekatan
Green Metabolist”, Laporan Tugas Akhir, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2010, hlm. 6.
[7] Cermati Ruby
Phramesti dan Nany Yuliastuti, “Kajian
Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Kampus Konservasi (Studi
Kasus: UNNES Sekaran, Semarang)”, Jurnal
Teknik PWK; Vol. 2; No. 1; 2013; hal. 183-190.
[8] Cermati Dr.
Lana Winayanti, “Walkability and Pedestrian Facilities in Indonesian Cities
(Kenyamanan Berjalan kaki dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota-kota Indonesia)”, Makalah Seminar Nasional Hari Habitat Dunia.
[9] Lihat Tri Harso Karyono,
2005, “Fungsi
Ruang Hijau Kota ditinjau dari aspek keindahan, kenyamanan, kesehatan dan
penghematan energi”, J.Tek Ling P3TL-BPPT . 6. (3): 452-457.
[10] Syarat rental sepeda dengan menggunakan Kartu Identitas asli yang
masih berlaku (KTP, SIM). ID card berfungsi sebagai jaminan untuk penyewaan
sepeda dan akan dikembalikan saat peminjam sudah mengembalikan sepeda yang disewa.
[11] Lihat Tri Harso Karsono, 2006,
“Kota Tropis Hemat energi:
Menuju Kota Yang Berkelanjutan di Indonesia”, J. Tek Ling. P3TL-BPPT. 7. (1): 63-71.
[12] Cermati Suryo
Anggoro, 2009, “Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif Teknologi Penerangan
Alami Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”, J. Tek. Ling P3TL-BPPT, Vol. 10 No. 2 Hal. 121 – 228.
[13] Baca Muhammad
Kridaanto, “Meningkatkan Produktivitas melalui Teknologi”, Kolom Debat Poros Mahasiswa Koran Sindo, 27 Agustus 2014, hlm. 7.
[15] Simak dari M. Syaom Barliana dkk, 2013, “Belajar
dari Kota Surabaya: Pengukuran Kualitas Objektif untuk Menentukan Prioritas
Penataan Kota”, Jurnal Lingkungan Binaan
Indonesia, Vol.2 No.1.
[16] Baca Muhammad Kridaanto, “Dunia Kampus
dan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Kolom
Sudut Pandang Koran Muria, 21
September 2013, hlm. 2.
[17] Lihat Open Air Library / KARO Architekten,
http://www.archdaily.com/39417/open-air-library-karo-architekten , 2009, diakses
pada tanggal 15 September 2014)
[18] Nukilan dari Jean Jacques Rousseau, 1986, Kontrak Sosial,
diterjemahkan oleh Sumardjo, Jakarta : Erlangga.
Esai ini (versi ASLI dari penulis) menjadi salah satu esai yang masuk 15 besar Lomba Esai Konservasi dan dibukukan dalam antologi "Pelangi Universitas Konservasi edisi 2014"
0 komentar :
Posting Komentar
Berikan komentar Anda untuk tulisan di atas...,