Jumat, 26 Juli 2013

Revitalisasi Peran Pelajar dalam Membangun Indonesia

Oleh : Muhammad Kridaanto *)


Berangkat dari tema Pelantikan IPNU-IPPNU Provinsi Jawa Tengah 7 Juli 2013, “Revitalisasi Peran Pelajar dalam Membangun Jawa Tengah”, kita perlu sadar bahwa generasi muda adalah cermin nasib bangsa di masa. Proses pembangunan dan berjalannya roda regenerasi merupakan hal yang penting dan perlu segera diperhatikan.

Berbagai kemajuan zaman tentu menuntut suatu perlakuan baru atas cara dan langkah yang akan ditempuh dalam menjalani kehidupan di masa sekarang. Seperti halnya pelajar masa kini yang tentu memiliki karakter dan tantangan yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Misalkan saja di era sekarang yang serba mengalami digitalisasi, merupakan sebuah dunia yang mempersempit jarak dan waktu. Generasi muda dalam hal ini pelajar terhanyut dalam lautan dunia maya. Sudah menjadi pemandangan biasa, bahwa anak muda sekarang lebih suka menggunakan sosial media seperti facebook, twitter, wechat, dan lainnya dibanding dengan berkumpul langsung untuk melakukan suatu proses sosial secara nyata. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa era sekarang adalah seperti itu, tak mungkin dibendung, tapi lebih dalam taraf bagaimana mengelola potensi tersebut.

Peran sebuah organisasi yang riil secara sosial memang dalam keadaan menurun. Media digital telah menjadi salah satu kekuatan besar dalam membangun gerakan maupun mempengaruhi publik terhadap suatu gagasan. Hal ini terlihat dari beberapa kasus yang berawal dari ide melalui internet seperti Kasus Koin Prita, #SaveKPK dan lain-lain lebih menggunakan media sosial online, sebagai suatu cara untuk menggerakkan banyak orang.

Di sinilah awal dari bagaimana potensi ini bisa dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka me-revitalisasi-kan kembali peranan generasi muda khususnya pelajar NU. Dalam kerangka memberikan kesadaran tentang bagaimana untuk merencanakan masa depan dirinya sekaligus mengembangkan pemikiran dan idenya dalam proses peranannya sebagai elemen masyarakat.

Revitalisasi Peran Kader IPNU-IPPNU

Salah satu organisasi yang berada di ranah pemberdayaan generasi muda ini yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama). Organisasi yang fokus dalam upaya untuk membina pelajar, santri dan mahasiswa yang notebene adalah generasi muda NU.

Generasi muda yang memiliki kapasitas intelektualitas yang dari proses mengenyam pendidikan tentu bermuara pada suatu upaya taktis untuk menghasilkan calon-calon pemimpin masa depan.

IPNU-IPPNU yang merupakan organisasi yang bersifat “mengurus” pelajar, aspek pengkaderan sesuai dengan khittah (visi dan misi) dan kultur keaswajaan yang meliputi bagaimana kader-kader yang dihasilkan memiliki paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah yang mencakup aspek aqidah, syariah dan akhlak.

Tuntutan dari perubahan yang cepat selalu menimbulkan suatu paradigma yang berbeda di kalangan kaum muda NU. Sikap moderat yang menjadi patokan menjadi tumpuan dalam menghadapi perubahan dunyawiyah.

Estafet organisasi sebagai salah satu tumpuan melakukan proses pendewasaan baik secara mental maupun sosial melalui peranan generasi muda di IPNU-IPPNU.

Peranan generasi muda yang kini mulai dilirik menjadi sinyal positif atas berlakunya suatu hukum organisasi sebagai suatu pemegang peranan penting. Hal yang penting ketika melihat peranan kader-kader IPNU-IPPNU di kancah nasional. Melalui berbagai bidang yang menjadi bakat dan minatnya menjadikan pemberdayaan secara menyeluruh menjadi tumpuan bagi peranan organisasi dalam melihat peluang ini.

Bidang olahraga, ketrampilan, jurnalistik, kewirausahaan maupun yang berhubungan dengan teknologi menjadi bidang-bidang yang perlu dikembangkan agar nantinya penyaluran kader secara maksimal sesuai dengan minatnya dapat dicapai.

Rencana strategis dalam mencapai suatu tujuan awal harus diarahkan dengan jelas. Dan nantinya gerakan pengkaderan dan pemberdayaan generasi muda IPNU-IPPNU dapat terwujud. Akar dari permasalahan yang muncul memang membutuhkan suatu pola analisis secara komprehensif. Penggunaan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah suatu pola analisis yang cukup memadai dan efektif untuk meneliti suatu permasalahan dan mengambil langkah terbaik dalam perencanaan selanjutnya.

Dengan melihat indeks persebaran penduduk dalam kerangka umur, menunjukkan negara ini mendapatkan suatu bonus demografi yang berhubungan dengan jumlah generasi muda. Hal ini menjadi titik tolak dari kebangkitan peran generasi muda.

Dan tentunya organisasi IPNU-IPPNU dapat berperan dalam melakukan hal ini. Peluang yang sangat banyak dalam menggairahkan kembali semangat identitas ke-IPNU-IPPNU-an. Walaupun memang secara aspek sosial pasti terdapat suatu kendala-kendala yang perlu penanganan khusus.

Garis haluan IPNU-IPPNU yang menjadi “anak” dari Nahdlatul Ulama merupakan faktor yang harus mulai dikembalikan lagi. Di samping tetap memperluas cakupan pengkaderan.

Tindak lanjutnya dapat diberikan dalam melihat peluang akan peranan intelektual muda dalam membangun bangsa melalui pengembangan soft skills dan juga penggemblengan secara organisasi. Daya tarik IPNU-IPPNU yang unik dan khas harus tetap dimunculkan seperti kultur keagamaan ala NU. Para pelajar yang terus mengalami proses belajar baik secara akademik maupun organisatoris yang akan mampu membangun suatu mental sosial secara memadai. Perjuangan segera dimulai. Bergandengan tangan untuk menunjukkan kualitas dari kader muda NU. Hingga akhirnya dapat menjadikan IPNU-IPPNU menjadi organisasi kepelajaran yang dapat menunjukkan kiprah riilnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.





*Ketua IPNU Komisariat Universitas Negeri Semarang; Pengurus PW IPNU Provinsi Jawa Tengah bidang Kaderisasi