Sabtu, 17 Oktober 2015

Sekilas tentang Buku “Memandang Indonesiaku”

Judul: Memandang Indonesiaku
Penulis: Aris Pradana, dkk
Editor: Mohammad Rohmaneo dan Aris Pradana
Penerbit: ITS Press, Surabaya
Tahun Terbit: 2015
Tebal Buku: 209 halaman

Membicarakan Indonesia dengan segala pernak-pernik yang melingkupinya memang tak akan ada habisnya. Mulai dari sekedar ujaran nyinyir lewat media sosial sampai pada tulisan akademik berbasis penelitian dan kajian mendalam mengenai berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi saya menyakini dengan mengungkapkan keresahan adalah sebuah bentuk kepedulian dari seorang individu terhadap apa yang menimpa kondisi bangsanya. Memberi umpan balik atas isu-isu yang bergulir yang tentu saja  membutuhkan dan merelakan waktu dan pikiran untuk menelitinya.
Kumpulan esai “Memandang Indonesiaku” ini menjadi salah satu karya yang dibuat dengan nuansa kepedulian atas kondisi Indonesia. Buku yang terdiri atas empat bagian yang dihadirkan oleh para penulis untuk memotret Indonesia dari berbagai sisi. Keoptimisan yang dituangkan dalam esai-esai tak lantas melunturkan daya kritis penulis yang merupakan pemuda-pemuda berpendidikan tinggi. Tidak banyak memang karya yang menampilkan sisi-sisi positif dari kondisi bangsa. Sehingga karya ini menjadi karya yang cukup unik untuk dinikmati.
Sebagai buku yang bergenre nonfiksi (ilmiah populer) memang membantu kita untuk lebih mengecek kebenaran data yang disampaikan dalam setiap esai yang dihadirkan. Walaupun ada beberapa sumber kutipan yang terkadang kurang ditulis secara lengkap. 
Esai yang berjudul “Bangga-Ibu Saya Indonesia” dan “Budaya dan Sejarah: Unsur Penting Penumbuhan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda Indonesia” menjadi tulisan terpilih yang menurut saya memiliki nilai lebih dibanding tulisan yang lain, baik dilihat dari segi data maupun perspektif yang disampaikan dalam kedua tulisan tersebut.
Beberapa kesalahan ketik memang cukup mengganggu dalam proses menikmati buku ini dan kurangnya kajian/analisis yang mendalam mengakibatkan tulisan yang ditulis beberapa tahun lalu dan ditampilkan di era sekarang menjadi kurang relevan bahkan bertolak belakang.
Tetapi tekad yang kuat dari para pemuda ini untuk ikut serta dalam berkontribusi membangun paradigma positif terhadap negeri patut diacungi jempol. Sebuah niat suci nan tulus untuk memberi yang terbaik bagi negeri.
Dan di antara ribuan mahasiswa dan kaum berpendidikan yang semakin terjangkiti oleh virus apatisme, akan tertampar membaca buku yang menjadi salah satu pelita dalam keteladanan meredam ego diri. Terakhir, saya sampaikan selamat kepada pada penulis atas terbitnya buku ini, semoga menjadi awal dari lahirnya karya-karya yang lebih baik di waktu mendatang, membangkitkan semangat anak muda, dan menjadi contoh bagaimana anak muda yang kreatif dan peduli menggunakan energi masa muda dengan baik.

Jumat, 29 Mei 2015

Dekadensi Moral di Kalangan Generasi Muda

Dekadensi Moral di Kalangan Generasi Muda
(Kajian Fenomena Kemerosotan Moral Remaja dan Trigatra Tawaran Pemecahan)
Oleh: Muhammad Kridaanto

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya 
dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.s. 16:125)
Generasi Muda
Gambar 1
Generasi muda sebagai tulang punggung penerus peradaban bangsa sedang menjadi sorotan banyak pihak. Berbagai peristiwa yang terjadi membuat mereka menjadi bahan kajian yang cukup serius dan mendapat porsi lebih dari para akademisi, intelektual, ulama maupun pemerintah untuk segera ikut berperan dalam mencari solusi, atau setidaknya upaya preventif atas kondisi yang terjadi.
Beberapa fenomena gunung es yang mulai muncul di media mengenai tawuran pelajar, pergaulan bebas di kalangan remaja, sampai tindakan kriminal seperti penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) terus terjadi. Pengalaman penulis sendiri melihat realita beberapa teman yang akhirnya “terpaksa” nikah muda karena melakukan hubungan seks sebelum nikah. Tak jarang bermula dari aktivitas pacaran yang melampaui batas dan mudahnya akses informasi melalui media internet dimana situs dewasa dapat diakses dengan mudah menjadi penyebab kerusakan moral. Remaja usia SMP ataupun SMA yang bergelar sebagai seorang pelajar memang berada dalam fase pubertas, dimana rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan untuk mencari identitas diri dan pengakuan atau perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
Beberapa penyimpangan sosial di kalangan remaja dapat kita lihat dalam video berikut ini:
Tanpa bimbingan dan pengawasan yang baik, jalan mengekspresikan gejolak masa puber ini menjadi bumerang bagi diri mereka bahkan dapat membuat masa depan yang suram. Rasa concern kita kepada perkembangan moral generasi muda sebagai bagian mengamankan perkembangan perjalanan bangsa Indonesia.
Gambar 2
Gambar 2



Membuka Mata Hati
Muncul sebuah pertanyaan, “Apakah pelajaran mengenai moral di sekolah-sekolah telah mengalami distorsi?”
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kita perlu menempatkan masalah generasi muda ini secara benar. Mendudukkan generasi muda menjadi subjek atau objek pembangunan dan relasi terhadap nilai-nilai moralitas.
Kemajuan zaman dengan laju perkembangan teknologi bagaikan sebilah pedang tajam. Generasi muda mengalami pergeseran orientasi budaya, dari periode informasi tertutup yang bersifat ekslusif memasuki periode terbuka, sehingga terlihat lebih banyak perubahan dari faktor zaman yang melingkarinya.
Kita sepakat bahwa kontinuitas perkembangan bangsa ke depan akan dipertaruhkan pada peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) di era mendatang (di pundak generasi muda). Kompetisi di masa implementasi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dari konsekuensi perjanjian AFTA (ASEAN Free Trade Area) menjadi tantangan yang cukup berat.
Beberapa tahun silam kita kenal dengan kecerdasan intelektual atau IQ sangat penting dan menentukan segalanya karena menjadi persyaratan sekolah hingga bekerja, sehingga IQ menjadi patokan. Beberapa periode setelah itu muncul hasil penelitian mengenai dampak kecerdasan emosional atau EQ dan kemampuan spiritual atau SQ terhadap keberhasilan seseorang yang sering disebut IESQ. Kemampuan seseorang tidak hanya memerhatikan IQ saja,  tetapi mulai diperhatikan masalah EQ dan SQ yang dimiliki. (1) Untuk itu pula peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan memperhatikan ketiga kecerdasan tersebut.

Trigatra Tawaran Pemecahan, Humanisme sebagai Doktrin Moral
Secara garis besar ada tiga aspek sebagai Trigatra Tawaran Pemecahan yang dapat menjadi pertimbangan dalam menurunkan kemerosotan moral di kalangan generasi muda:
Pertama, aspek kultural dengan menciptakan kondisi dalam lingkungan produktif di rumah dan sekolah yang sehat. Sebuah pendapat dari seorang intelektual muslim Nurcholish Madjid mengatakan bahwa “Dorongan kepada perbuatan baik itu sudah merupakan ‘bakat primordial’ manusia, bersumber dari hati nurani – yang dalam bahasa arabnya nurani bersifat nur atau terang – karena adanya fitrah manusia.” (2)
Peran kultural atau interaksi seorang remaja di dalam lingkungan keluarga dan sekolah adalah tanggung jawab dari orang-orang terdekatnya. Gagasan esensial mengenai moral lebih diperhatikan remaja melalui penglihatan secara langsung dari apa yang dilakukan orang-orang sekitarnya. Di sinilah peran keseimbangan pengetahuan antara kehidupan dunia dan akhirat harus diberikan kepada remaja melalui lisan dan keteladanan perilaku.
Kedua, aspek yuridis dibangun dari aturan-aturan legal menyangkut pembaharuan nilai moral, sebagai contoh mengenai fungsi media (internet, televisi, dan radio). Mengarahkan media untuk menyadari tugasnya dalam partisipasi penyediaan informasi yang baik. Revivalis lembaga sensor untuk menegakkan aturan siaran-siaran yang tidak mendidik, seperti sinetron dan acara-acara hiburan. Begitu pula pemerintah memiliki tanggung jawab di bidang komunikasi dan informasi berupa pekerjaan rumah untuk menyaring bahkan menutup akses terhadap situs-situs dewasa, melakukan razia di warnet (warung internet) untuk mengetatkan pelajar yang menggunakannya sebagai tempat berbuat mesum.
Walaupun saya sepakat bahwa konsepsi mengenai hukum dan moralitas memang hanya akan membatasi manusia secara norma dan bersifat memaksa. Salah satu cara yang lebih efektif adalah mendorong prinsip kesalahan dan pertanggungjawaban secara masuk akal, sehingga kewajiban bertanggungjawab tidak dirasa sebagai paksaan.
Ketiga, aspek implisit menyangkut interpretasi metode-metode pendekatan atau penetrasi secara perlahan-lahan di dalam upaya membangun gagasan-gagasan baru moralitas. Di sini pluralitas perspektif manusia dan kontingensi esensial perlu didiskusikan. Kemajemukan dari setiap pemeluk agama dibutuhkan untuk berdialog mencari dasar nilai religius dan moral universal agar ada kesepakatan bersama yang diakui oleh tokoh-tokoh agama dengan ide kebaikan transenden. Sehingga tudingan mengenai ketidakmampuan nilai-nilai transendental dapat dibantah dengan gagasan pemikiran kreatif sesuai perkembangan zaman dari kewajiban inheren sebuah bangsa.
Dari Trigatra Tawaran Pemecahan tersebut memiliki tujuan agar generasi muda dapat memiliki kesadaran dan penuh deliberasi dalam berperilaku. Dari upaya untuk meneladani uswah hasanah kita Nabi Muhammad SAW melalui ucapan, sikap, dan perbuatan yang mencerminkan akhlak yang baik dan memberikan petunjuk sebagai seorang muslim. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din menuliskan bahwa inti ajaran agama adalah membawa manusia pada moralitas luhur (akhlaq al-karimah).

Penutup
Konseptualisasi pendidikan humanistik tetap memegang peran penting. Inilah yang nantinya menghasilkan sebuah kurikulum humanistik sebagai doktrin moral yang bersifat universal. Elaborasi dari artikel ini dapat dilakukan sebagai usulan untuk perbaikan atas fenomena dekadensi moral di kalangan generasi muda. Mengajak orang lain akan lebih baik dengan menggunakan kata-kata yang lembut dan penuh hikmah serta disertai dengan memberikan teladan yang baik. Trigatra tawaran pemecahan kemerosotan moral ini semoga ikut serta dalam menambah khasanah pembendaharaan atas fenomena yang terjadi di sekitar kita. Wallahu a’lam bish-shawab.



Referensi :
  1. Widhiastuti, Hardani. Multiple Intelligence dalam Pendidikan. (16 November 2009). Suara Merdeka Onlinediakses tanggal 9 Januari 2014 dari http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/11/16/88252/Multiple-Intelligence-dalam-Pendidikan
  2. Madjid, Nurcholish. (1994). Pintu-Pintu Menuju Tuhan.  Jakarta: Paramadina

Daftar gambar dan video :

-----------------------------------------------------------------------

Nominator 20 besar dari daftar hasil penilaian akhir Kontes Blog Muslime Ke-3 dengan tema “Moral Generasi Muda sebagai Modal Bangsa” yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Profesional Muslim (PPM) Aswaja.

Selasa, 21 April 2015

Menulis: Membangun Peradaban dan Kesehatan Diri


oleh: Muhammad Kridaanto


Aktivitas menulis menjadi daya dukung vital peradaban manusia sejak dulu sampai masa sekarang. Melalui tulisan kita bisa mengetahui pemikiran yang ada dalam benak penulis dalam konteks waktu. Kontinuitas ilmu pengetahuan yang diendapkan pun menjadi lebih rapi karena sudah ditulis dan generasi selanjutnya tinggal meneruskan estafet pengembangan. Itulah alasan pokok sebuah tulisan sangat berguna untuk peradaban manusia.


Tulisan yang dihasilkan oleh penulis dan dituangkan dalam aksara, dominan memiliki keterkaitan dengan unek-unek (perasaan) dari sang penulis. Sehingga terjadi relasi kuat antara faktor kejiwaan yang sedang dialami sang penulis dan tulisan yang dihasilkan. Sebuah jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Karen A. Baikie & Kay Wilhelm (2005) dalam bidang Psychiatric Treatment menyimpulkan bahwa kegiatan menulis bermanfaat untuk mengurangi rasa traumatik, stres dan emosi (atau disebut tulisan ekspresif) yang memberikan efek menguntungkan secara fisik dan kesehatan psikologis atau kejiwaan. Hal ini diperkuat pula oleh hasil penelitian dalam negeri yang dilakukan Harry Theozard Fikri (2012) yang menunjukkan manfaat dari menulis pengalaman emosional sebagai terapi ekspresif terhadap faktor emosional.

Penulis juga rasakan hal yang sama ketika menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Misalkan saja dalam keseharian, kita sering tiba-tiba merasakan kemarahan, kesedihan, atau perasaan lainnya yang mengguncang kejiwaan. Mengungkapkan perasaan dengan menulis akan membantu meredakan rasa emosional yang bergejolak. Ketika sudah tumbuh self controlling (pengendalian diri) yang baik, tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat diramu menjadi tulisan yang ramah untuk dibaca tanpa meninggalkan daya kritis dan ekspresif. Kasus kebakaran hutan, illegal logging, maupun kenaikan harga BBM yang membuat rasa jengkel dan marah, menjadi inspirasi dari sebuah tulisan. Jika tulisan tersebut diolah dengan sumber data dan diperkuat dengan pendapat ahli, maka tulisan yang dihasilkan akan menjadi lebih berbobot.

Dari kegiatan menulis, tingkat stres akan berkurang dan tulisan yang dibuat dapat ikut menambah wacana dalam peradaban sekitar kita. Apalagi jika tulisan tersebut bisa muncul di publik yang lebih luas, baik di media massa maupun dicetak menjadi sebuah buku. Tentu kita akan lebih bersemangat dalam kegiatan menulis, karena selain mengurangi tingkat stres dan menyehatkan diri, juga sebagai wujud partisipasi dalam peradaban.

Lalu tunggu apa lagi, ayo menulis untuk peradaban dan kesehatan!

--------------------------------------





Tulisan ringan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Internasional tanggal 7 April yang diadakan oleh Penerbit Deepublish dan menjadi Juara 1. ^_^

Sabtu, 07 Februari 2015

Peranan Keterampilan Bahasa Inggris

Peranan Keterampilan Bahasa Inggris sebagai
Strategi Kontributif dalam Mengembangkan
Daya Saing Pemuda di Era Global
Oleh: Muhammad Kridaanto*

Sekarang ini kita telah memasuki era globalisasi. Batasan geografis seakan menyempit dan arus informasi bergerak kian cepat. Senada dengan hal tersebut Dr. Nayef R.F. Al-Rodhan mendefinisikan globalisasi sebagai proses yang meliputi penyebab, kasus, dan konsekuensi dari integrasi transnasional dan transkultural kegiatan manusia dan non-manusia.  Salah satu imbas dari globalisasi adalah iklim kompetisi yang semakin bebas. Hal ini terjadi lantaran teknologi modern dan informasi yang sebegitu cepat dalam masyarakat dunia dewasa ini. Manusia yang hidup di era globalisasi ini memang berada dalam sebuah kombinasi yang kompleks karena interaksi antar manusia-antar bangsa, sehingga tuntutan atas diri dan identitas diri seringkali menjadi kabur. Interaksi antar bangsa yang sedemikian dinamis membutuhkan perencanaan yang matang. Komunitas global adalah efek dari interaksi yang terjadi antar bangsa. Di sinilah preferensi (kecenderungan) globalisasi bergeser  menjadi kompetisi global.
Mengutamakan pembangunan dengan menyediakan fasilitas di bidang kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, dan lingkungan adalah sebuah gagasan penting untuk menyambut persaingan global. Dalam hal ini peningkatan kesadaran dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) selayaknya ditempatkan dalam prioritas utama. Artinya pembangunan manusia Indonesia disusun dengan berorientasi pada wawasan nasional dan global. Apalagi bonus demografi yang sedang dinikmati  negara kita, bonus yang kita dinikmati sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dibandingkan dengan penduduk usia non produktif. Dengan komposisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa jumlah generasi muda atau pemuda di negara kita sedang berada dalam kuantitas yang besar, tinggal bagaimana dapat membekali pemuda untuk memajukan kualitas menjadi semakin baik.
Lalu bagaimana posisi pemuda kita di tengah-tengah  perkembangan dunia yang begitu pesat?
Dengan kondisi yang semakin kompetitif dalam skala regional maupun global, kemampuan dalam bidang pengetahuan, wawasan,  dan komunikasi harus dimiliki oleh para pemuda. Dunia yang terus berubah perlu dihadapi pemuda dengan dinamis. Dimana kesadaran dalam membentuk kualitas diri sebagai ekstensifikasi (perluasan) kemampuan dalam membekali diri. Dengan memperhatikan kenyataan yang ada, perlu kiranya segera merumuskan langkah-langkah baru. Untuk menumbuhkan motivasi yang kuat dan semangat dalam bekerja dengan kesadaran dan peningkatan kemampuan diri menjadi pemuda yang unggul.

Bahasa sebagai Gerbang Peningkatan Diri
Seorang sosiolog dari Jerman, Jurgen Habermas dalam bukunya “Knowledge and Interest” (1968), mengemukakan bahwa ada tiga sarana dasar yang bekerja dalam pembentukan ketahanan, penyelamatan, dan pengembangan masyarakat, yaitu kerja (arbeit), bahasa (sprache) dan impinan (herrschaft). Habermas juga menyatakan bahwa dengan berbahasa manusia mencapai pemahaman (verstehen) dan kemufakatan (verstaendigung), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap warga masyarakat. Bahasa adalah sarana paling mendasar dari proses penghantaran adat/tradisi, termasuk penyampaian segala bentuk hasil kebudayaan serta teknik membudaya, bahkan sarana dasar penerus segala citra yang telah terwujud, dilestarikan, dan diwariskan oleh suatu masyarakat.
Bahasa menjadi “a key to the world”, dimana akses komunikasi dan informasi akan terjalin melalui perantara bahasa.  Persaingan global ini juga memiliki keterkaitan secara erat dengan kemampuan berbahasa. Artinya bahasa internasional menjadi suatu kebutuhan penting untuk berkomunikasi, menggali/memperoleh informasi maupun berbagi informasi. Saya mengutip dari laman id.wikipedia.org bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Luasnya penggunaan bahasa Inggris juga disebabkan oleh penyebaran kebudayaan dan teknologi Amerika Serikat yang mendominasi di sepanjang abad ke-20. Hal ini yang menyebabkan bahasa Inggris menjadi bahasa utama dan secara tidak resmi dianggap sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di berbagai belahan dunia.
Kelemahan penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu sebab dari kurang greget daya saing SDM kita di kancah internasional. Alienasi atau keterasingan manusia dari masyarakat dunia yang semakin maju seakan melanda negara kita dengan sindrom “gagap bahasa”. Padahal Indonesia saat ini berada dalam kepungan persaingan global yang begitu masif. Hal inilah yang menjadi penyebab perkembangan pengetahuan dan teknologi berjalan lamban. Padahal teknologi dan keilmuan modern masa kini berkembang pesat di luar negeri dan bahasa yang paling memungkinkan sebagai “jembatan penghubung” pengetahuan yang digunakan ialah bahasa Inggris.
Upaya mewujudkan daya saing pemuda melalui peningkatan keterampilan bahasa Inggris merupakan salah satu langkah konkrit untuk mengejar ketertinggalan dan memperkaya pengetahuan  melalui akses informasi. Pendidikan dan pelatihan keterampilan berbahasa Inggris menjadi urgensi untuk kesiapan dalam menghadapi era globalisasi.
Bahasa Inggris adalah bahasa universal seluruh negara. Terdapat relevansi antara kemampuan berbahasa Inggris dalam membuka pencerahan terhadap dunia global, karena penguasaan pengetahuan kita tentang dunia lebih mudah diperoleh dengan kecakapan menguasai bahasa internasional tersebut. Ini dapat menjadi langkah untuk keluar dari kejumudan dan melakukan lompatan besar. Di satu sisi keterampilan berbahasa Inggris dibutuhkan pemuda untuk menyerap pengetahuan dalam literatur-literatur luar negeri yang lebih maju. Di sisi lain ide dan gagasan kreatif yang ada dibenak pemuda akan tersebar ke ruang yang lebih luas melalui penggunaan bahasa internasional dalam karya yang dihasilkan. Bahkan bisa saja ide kita akan menunjang peningkatan kemajuan dunia yang lebih kompleks.
Keterampilan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dapat dipahami pula dalam dua dimensi, yaitu cakupan (scope) maupun kekuatan atau kapasitas (strength). Di sinilah pemuda dengan kemampuan berbahasa Inggris dapat memiliki akses informasi mengenai pengetahuan, teknologi, dan kemajuan yang berguna untuk meningkatkan nilai tambah kualitas diri. Kemampuan beradaptasi dalam melihat horizon dunia juga menjadi lebih luas. Di samping interpretasi terhadap dunia dan wawasan, serta berpartisipasi dalam membangun keilmuan.
Pemuda sebagai arsitek peradaban benar-benar terwujud dengan peranan, kemampuan, dan kesanggupan untuk membawa nama baik bangsa ke hadapan bangsa lain. Kita tahu pula bahwa pengaruh dan dampak (magnitude)-nya secara berkelanjutan dari peranan dan kemampuan pemuda dalam kancah internasional akan membuat harum nama bangsa.

Pemuda Berkualitas dan Berwawasan Global
Manusia Indonesia dikenal memiliki etos kerja yang tinggi, tetapi masih belum mengembangkan pemikiran dan potensi yang ada dalam dirinya. Kualifikasi yang cukup sebagai bekal persaingan di era global salah satunya adalah mampu berkomunikasi secara internasional dan memiliki wawasan luas. Potensi ini akan memacu daya cipta (kreativitas) dan pembaruan (inovasi) dengan peran pemuda untuk menjadi pendorong lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas. Apalagi bahasa Inggris lebih dominan digunakan di forum internasional.
Peranan bahasa Inggris dalam meningkatkan daya saing nasional dapat dilakukan pula dengan upaya untuk membumikan ilmu-ilmu impor. Sehingga terbentuk orientasi ke depan dengan munculnya gagasan-gagasan baru untuk mewujudkan transformasi realitas (budaya dan pengetahuan-keilmuan) yang ditunjang oleh kebijakan yang koheren mengenai riset, pengembangan pengetahuan, dan teknologi. Dalam kondisi sekarang, perlu konsentrasi dalam meningkatkan daya saing global dan membuka diri pada dunia untuk mengembangkan basis teknologi dan keilmuan.
Perenungan dan konsiderasi yang mantab memang masih belum tercapai melalui tulisan ini dalam menggarap gagasan peran bahasa Inggris dan daya saing pemuda di era global. Oleh karena itu, semoga energi kita untuk terus melontarkan gagasan-gagasan yang lebih demi kemajuan bangsa tercinta di kancah internasional dapat berkembang dan tumbuh secara berkelanjutan. Agar upaya untuk memberikan arahan pemuda dalam memproyeksikan dirinya ke masa depan.  Narasi perubahan persaingan yang mengalir deras seiring dengan kebijakan pasar global maupun akses terhadap informasi yang luas memberikan peluang yang sama dalam kompetisi global. Pemuda juga harus mulai menggiatkan penelitian dan pengembangan teknologi lokal yang berdaya saing global dengan tetap mengelola modal kapasitas keilmuan.
Menyambut era global dengan optimistik,  tanggap menghadapi perubahan dan memupuk semangat persaudaraan global sehingga terbentuk pola kehidupan kebudayaan masyarakat yang bersifat transkultural. Globalisasi bukanlah sebuah ancaman, tapi ini sebuah tantangan bagi kegiatan berpikir dan berkarya. Kita harus berbenah! Dan menganggap ini bagian dari berlomba-lomba dalam kebaikan.
Salah satu lembaga pendidikan yang ikut andil dalam upaya membantu pemuda dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Inggris adalah WE Academy Saung Inggris. Sekolah ini terletak di Jalan Geger Arum 101 Sukasari Isola - Bandung, Belakang Kampus UPI Kota Bandung, yang memiliki visi “Menjadi Sekolah Alam Pendidikan Bahasa Inggris Terbaik di Indonesia yang Berbasis Kearifan Lokal”. Hal inilah yang membuat Wisdomnesia English (Saung Inggris) sebagai International Language Academy memiliki keunggulan dalam rangka mempersiapkan pemuda dalam menghadapi tantangan global. Berbagai program menarik seperti Public Speaking; Job/Academic Interview; TOEFL Preparation; English for Kids; Intensive Class and Privat  dengan tidak melupakan aspek penting yaitu penanaman nilai-nilai kearifan lokal membuat sekolah ini lebih memiliki keunggulan dalam memberikan  keterampilan bahasa Inggris sebagai strategi kontributif dalam mengembangkan daya saing pemuda di era global. Sehingga pemuda yang ingin belajar di luar negeri ataupun bekerja  dapat berkomunikasi, membaca dan menulis dengan bahasa Inggris.
Bung Karno pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia!”, dengan kemampuan kita sebagai pemuda dalam berbahasa Inggris maka bukan tidak mungkin kepercayaan bung Karno kepada pemuda bukan hanya menjadi jargon agitasi tetapi akan terealisasi dengan semangat menaklukan dunia dengan cita rasa Indonesia. Salam Pemuda Indonesia!
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti “Saung Inggris National Essay Competition 2015” yang diselenggarakan www.wisdomnesiaenglish.com


*) Peserta National Essay Competition Kampung Inggris Bandung www.wisdomnesiaenglish.com /085659932860 / 7efa9b71

WE Academy
Saung Inggris Bandung
We Speak Scholarship
 ‪#‎SaungInggris‬ www.wisdomnesiaenglish.com
085659932860 / 7efa9b71
Google & FB ketik Saung Inggris
@wisdomnesiaEC



Esai ini menjadi Juara ke-3 ( Pengumuman Saung Inggris National Essay Competition )