Sabtu, 17 Oktober 2015

Sekilas tentang Buku “Memandang Indonesiaku”

Judul: Memandang Indonesiaku
Penulis: Aris Pradana, dkk
Editor: Mohammad Rohmaneo dan Aris Pradana
Penerbit: ITS Press, Surabaya
Tahun Terbit: 2015
Tebal Buku: 209 halaman

Membicarakan Indonesia dengan segala pernak-pernik yang melingkupinya memang tak akan ada habisnya. Mulai dari sekedar ujaran nyinyir lewat media sosial sampai pada tulisan akademik berbasis penelitian dan kajian mendalam mengenai berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi saya menyakini dengan mengungkapkan keresahan adalah sebuah bentuk kepedulian dari seorang individu terhadap apa yang menimpa kondisi bangsanya. Memberi umpan balik atas isu-isu yang bergulir yang tentu saja  membutuhkan dan merelakan waktu dan pikiran untuk menelitinya.
Kumpulan esai “Memandang Indonesiaku” ini menjadi salah satu karya yang dibuat dengan nuansa kepedulian atas kondisi Indonesia. Buku yang terdiri atas empat bagian yang dihadirkan oleh para penulis untuk memotret Indonesia dari berbagai sisi. Keoptimisan yang dituangkan dalam esai-esai tak lantas melunturkan daya kritis penulis yang merupakan pemuda-pemuda berpendidikan tinggi. Tidak banyak memang karya yang menampilkan sisi-sisi positif dari kondisi bangsa. Sehingga karya ini menjadi karya yang cukup unik untuk dinikmati.
Sebagai buku yang bergenre nonfiksi (ilmiah populer) memang membantu kita untuk lebih mengecek kebenaran data yang disampaikan dalam setiap esai yang dihadirkan. Walaupun ada beberapa sumber kutipan yang terkadang kurang ditulis secara lengkap. 
Esai yang berjudul “Bangga-Ibu Saya Indonesia” dan “Budaya dan Sejarah: Unsur Penting Penumbuhan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda Indonesia” menjadi tulisan terpilih yang menurut saya memiliki nilai lebih dibanding tulisan yang lain, baik dilihat dari segi data maupun perspektif yang disampaikan dalam kedua tulisan tersebut.
Beberapa kesalahan ketik memang cukup mengganggu dalam proses menikmati buku ini dan kurangnya kajian/analisis yang mendalam mengakibatkan tulisan yang ditulis beberapa tahun lalu dan ditampilkan di era sekarang menjadi kurang relevan bahkan bertolak belakang.
Tetapi tekad yang kuat dari para pemuda ini untuk ikut serta dalam berkontribusi membangun paradigma positif terhadap negeri patut diacungi jempol. Sebuah niat suci nan tulus untuk memberi yang terbaik bagi negeri.
Dan di antara ribuan mahasiswa dan kaum berpendidikan yang semakin terjangkiti oleh virus apatisme, akan tertampar membaca buku yang menjadi salah satu pelita dalam keteladanan meredam ego diri. Terakhir, saya sampaikan selamat kepada pada penulis atas terbitnya buku ini, semoga menjadi awal dari lahirnya karya-karya yang lebih baik di waktu mendatang, membangkitkan semangat anak muda, dan menjadi contoh bagaimana anak muda yang kreatif dan peduli menggunakan energi masa muda dengan baik.