Jumat, 06 September 2013

Mahasiswa dan Budaya Kritis-Konstruktif



Oleh : Muhammad Kridaanto; Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Ketua IPNU UNNES


  Sebagai salah satu parameter pendidikan di Indonesia, kampus tidak bisa di pandang sebelah mata. Kampus telah melahirkan banyak sarjana. Berbagai inovasi maupun kemajuan yang dilakukan mampu memberi kebanggaan di dunia pendidikan Indonesia. Kemajuan ini berasal dari orang-orang yang mendedikasikan diri untuk memajukan pendidikan di lingkungan kampus, baik jajaran pimpinan birokrasi, pegawai maupun mahasiswa.

Kalau dulu kampus terkenal dengan biaya kuliah yang mahal, sekarang telah ada program Beasiswa Bidik Misi yang mulai menampakkan bahwa dunia kampus bisa disentuh oleh kalangan  “wong cilik”. Memang ada syarat untuk mendapatkan beasiswa tersebut yaitu selain penerima beasiswa berasal dari keluarga kurang mampu juga harus memiliki kemampuan akademik yang baik. Peraturan tersebut  saya rasa baik, dengan adanya peraturan ini akan menambah semangat dan pemicu bagi mahasiswa untuk mendapatkan nilai akademik yang baik.

Akan tetapi yang perlu diperhatikan juga bahwa jangan sampai karakter sebagai seorang mahasiswa  hilang. Mahasiswa tidak boleh lupa dengan kegiatan berorganisasi, diskusi maupun melihat realita di masyarakat. Lewat forum diskusi akan terbentuk kelompok pengkaji keilmiahan, sosial-politik, ekonomi, seni, sastra dan sebagainya. Sehingga mahasiswa tidak kehilangan karakter sebagai insan yang kritis-konstruktif. Kalau siswa memiliki tugas untuk belajar dan berkarya, sedang mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk belajar, berkarya dan terjun ke masyarakat. Hal ini dapat kita lihat di dalam isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kita meyakini bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar, dengan jumlah Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam yang melimpah. Namun kita sering lupa tanggungjawab untuk memajukan negara ini bukan hanya milik pemerintah. Mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk turut serta membangun negaranya.

Sebagai para cendekiawan muda, ilmu senantiasa harus  diasah sekaligus ditransfer. Melalui forum-forum diskusi, kita akan belajar dan mendapat banyak hal. Mengukur kapasitas dari keilmuan sekaligus berbagi ilmu. Dari sini Tri Dharma perguruan tinggi dapat diaplikasikan secara baik.

Kelak generasi masa kini yang akan memimpin negara ini. Kita akan berusaha melakukan yang terbaik agar bangsa dan negara ini mampu mewujudkan cita-citanya. Ketika mahasiswa mulai sadar peran dan karakternya, maka kata-kata sang proklamator Ir. Soekarno akan benar-benar terjadi. “Beri Aku 10 Pemuda, maka Akan Kuguncang Dunia”. Hidup Mahasiswa! 

Koran Muria tanggal 3 September 2013 
Nama                                     : Muhammad Kridaanto  
Status                                    : Mahasiswa UNNES 
Jurusan / semester                 : Fisika / VII
No HP                                    : 085727058154

Jumat, 26 Juli 2013

Revitalisasi Peran Pelajar dalam Membangun Indonesia

Oleh : Muhammad Kridaanto *)


Berangkat dari tema Pelantikan IPNU-IPPNU Provinsi Jawa Tengah 7 Juli 2013, “Revitalisasi Peran Pelajar dalam Membangun Jawa Tengah”, kita perlu sadar bahwa generasi muda adalah cermin nasib bangsa di masa. Proses pembangunan dan berjalannya roda regenerasi merupakan hal yang penting dan perlu segera diperhatikan.

Berbagai kemajuan zaman tentu menuntut suatu perlakuan baru atas cara dan langkah yang akan ditempuh dalam menjalani kehidupan di masa sekarang. Seperti halnya pelajar masa kini yang tentu memiliki karakter dan tantangan yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Misalkan saja di era sekarang yang serba mengalami digitalisasi, merupakan sebuah dunia yang mempersempit jarak dan waktu. Generasi muda dalam hal ini pelajar terhanyut dalam lautan dunia maya. Sudah menjadi pemandangan biasa, bahwa anak muda sekarang lebih suka menggunakan sosial media seperti facebook, twitter, wechat, dan lainnya dibanding dengan berkumpul langsung untuk melakukan suatu proses sosial secara nyata. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa era sekarang adalah seperti itu, tak mungkin dibendung, tapi lebih dalam taraf bagaimana mengelola potensi tersebut.

Peran sebuah organisasi yang riil secara sosial memang dalam keadaan menurun. Media digital telah menjadi salah satu kekuatan besar dalam membangun gerakan maupun mempengaruhi publik terhadap suatu gagasan. Hal ini terlihat dari beberapa kasus yang berawal dari ide melalui internet seperti Kasus Koin Prita, #SaveKPK dan lain-lain lebih menggunakan media sosial online, sebagai suatu cara untuk menggerakkan banyak orang.

Di sinilah awal dari bagaimana potensi ini bisa dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka me-revitalisasi-kan kembali peranan generasi muda khususnya pelajar NU. Dalam kerangka memberikan kesadaran tentang bagaimana untuk merencanakan masa depan dirinya sekaligus mengembangkan pemikiran dan idenya dalam proses peranannya sebagai elemen masyarakat.

Revitalisasi Peran Kader IPNU-IPPNU

Salah satu organisasi yang berada di ranah pemberdayaan generasi muda ini yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama). Organisasi yang fokus dalam upaya untuk membina pelajar, santri dan mahasiswa yang notebene adalah generasi muda NU.

Generasi muda yang memiliki kapasitas intelektualitas yang dari proses mengenyam pendidikan tentu bermuara pada suatu upaya taktis untuk menghasilkan calon-calon pemimpin masa depan.

IPNU-IPPNU yang merupakan organisasi yang bersifat “mengurus” pelajar, aspek pengkaderan sesuai dengan khittah (visi dan misi) dan kultur keaswajaan yang meliputi bagaimana kader-kader yang dihasilkan memiliki paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah yang mencakup aspek aqidah, syariah dan akhlak.

Tuntutan dari perubahan yang cepat selalu menimbulkan suatu paradigma yang berbeda di kalangan kaum muda NU. Sikap moderat yang menjadi patokan menjadi tumpuan dalam menghadapi perubahan dunyawiyah.

Estafet organisasi sebagai salah satu tumpuan melakukan proses pendewasaan baik secara mental maupun sosial melalui peranan generasi muda di IPNU-IPPNU.

Peranan generasi muda yang kini mulai dilirik menjadi sinyal positif atas berlakunya suatu hukum organisasi sebagai suatu pemegang peranan penting. Hal yang penting ketika melihat peranan kader-kader IPNU-IPPNU di kancah nasional. Melalui berbagai bidang yang menjadi bakat dan minatnya menjadikan pemberdayaan secara menyeluruh menjadi tumpuan bagi peranan organisasi dalam melihat peluang ini.

Bidang olahraga, ketrampilan, jurnalistik, kewirausahaan maupun yang berhubungan dengan teknologi menjadi bidang-bidang yang perlu dikembangkan agar nantinya penyaluran kader secara maksimal sesuai dengan minatnya dapat dicapai.

Rencana strategis dalam mencapai suatu tujuan awal harus diarahkan dengan jelas. Dan nantinya gerakan pengkaderan dan pemberdayaan generasi muda IPNU-IPPNU dapat terwujud. Akar dari permasalahan yang muncul memang membutuhkan suatu pola analisis secara komprehensif. Penggunaan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah suatu pola analisis yang cukup memadai dan efektif untuk meneliti suatu permasalahan dan mengambil langkah terbaik dalam perencanaan selanjutnya.

Dengan melihat indeks persebaran penduduk dalam kerangka umur, menunjukkan negara ini mendapatkan suatu bonus demografi yang berhubungan dengan jumlah generasi muda. Hal ini menjadi titik tolak dari kebangkitan peran generasi muda.

Dan tentunya organisasi IPNU-IPPNU dapat berperan dalam melakukan hal ini. Peluang yang sangat banyak dalam menggairahkan kembali semangat identitas ke-IPNU-IPPNU-an. Walaupun memang secara aspek sosial pasti terdapat suatu kendala-kendala yang perlu penanganan khusus.

Garis haluan IPNU-IPPNU yang menjadi “anak” dari Nahdlatul Ulama merupakan faktor yang harus mulai dikembalikan lagi. Di samping tetap memperluas cakupan pengkaderan.

Tindak lanjutnya dapat diberikan dalam melihat peluang akan peranan intelektual muda dalam membangun bangsa melalui pengembangan soft skills dan juga penggemblengan secara organisasi. Daya tarik IPNU-IPPNU yang unik dan khas harus tetap dimunculkan seperti kultur keagamaan ala NU. Para pelajar yang terus mengalami proses belajar baik secara akademik maupun organisatoris yang akan mampu membangun suatu mental sosial secara memadai. Perjuangan segera dimulai. Bergandengan tangan untuk menunjukkan kualitas dari kader muda NU. Hingga akhirnya dapat menjadikan IPNU-IPPNU menjadi organisasi kepelajaran yang dapat menunjukkan kiprah riilnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.





*Ketua IPNU Komisariat Universitas Negeri Semarang; Pengurus PW IPNU Provinsi Jawa Tengah bidang Kaderisasi


Senin, 03 Juni 2013

Menjadi Generasi Muda NU yang Produktif

Oleh : Muhammad Kridaanto*
Dimuat di Koran Suara NU Edisi 23/Maret/2013 

Dalam sejarah perjalanan bangsa ini selalu ada peran generasi muda yang menjadi salah satu komponen yang tidak pernah tertinggal. Berdirinya Budi Utomo, Peristiwa Sumpah Pemuda, Kemerdekaan Indonesia bahkan Reformasi dipelopori oleh mereka. Bahkan dalam sejarah dunia, pembuatan facebook dan twitter dibuat oleh pemuda.

Sampai-sampai Soekarno, sang Proklamator bangsa pernah berkata “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Fakta inilah yang seringkali terlupakan oleh generasi muda. Mereka memiliki kemampuan dan energi yang besar untuk memberikan perubahan-perubahan bagi lingkungan, negara bahkan dunia. Kemajuan sebuah bangsa selalu dimotori oleh pribadi-pribadi yang mempunyai integritas yang tinggi. Generasi muda sebagai calon-calon pemimpin bangsa masa depan harus mengambil porsinya dalam kemajuan bangsa ini. Generasi muda yang secara energi dan kreatifitas harus dapat menggunakannya untuk memajukan bangsa ini. Ketika masa muda hanya dihabiskan dengan berhura-hura atau bertindak yang kurang bermanfaat seperti hanya bermain game dan sebagainya, nampaknya harus dikurangi dan diganti dengan hal yang lebih bermanfaat.


IPNU-IPPNU sebagai Kawah Candradimuka Generasi Muda

Organisasi adalah tempat yang menurut saya paling ideal untuk menyalurkan energi masa muda dan mengembangkan diri menjadi pemuda masa depan.  Kenapa saya memilih organisasi? Karena dalam sebuah organisasi kita dapat saling bertukar pikiran, dapat berinteraksi dan berkomunikasi dalam tataran latihan bermasyarakat.

Di NU sendiri ada wadah ini, yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama). Dari tingkatan Ranting sampai Pusat ada organisasi ini. Melalui organisasi ini kita akan banyak belajar tentang organisasi, belajar untuk mengabdi dan berbuat untuk lingkungan kita.

Organisasi sebagai tempat pencarian dan penempaan bibit-bibit calon pemimpin dan pembinaan kepemimpinan bagi generasi muda. IPNU-IPPNU sebagai organisasi Badan Otonom yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama memiliki tanggung jawab ini. Melalui dinamisasi keorganisasian, generasi muda akan mulai belajar tentang banyak hal, mulai dari peningkatan soft skill, pengorbanan, kerja sama, bahkan melalui organisasi kita bisa mengenal banyak orang.

Saatnya Kader IPNU-IPPNU Berperan

Sebagai penutup mungkin sudah saatnya kader IPNU-IPPNU menunjukkan kontribusi untuk bisa membuat perbaikan bangsa ini. Menumbuhkan keorganisasian yang solid dan terus berusaha membangun peradaban baru yang lebih baik. Kader IPNU-IPPNU harus berjuang untuk berproses menjadi generasi muda yang memiliki kecerdasan dan kreativitas yang memadai.

Pertanyaannya selanjutnya adalah bagaimana kader IPNU-IPPNU sebagai generasi muda bangsa mampu menjawab tantangan masa depan bangsa ini. Mungkin kita perlu merenungkan kata-kata salah seorang pemimpin bangsa ini KH Abdurrahman Wahid yang pernah memberi amanat: “Sebagai generasi muda, Anda harus memahami apa yang terjadi sekarang dan mampu memahami apa yang akan terjadi pada masa-masa yang akan datang. Sesuaikanlah peranan Anda semua untuk masa-masa yang akan datang dengan tidak kehilangan pertalian  dengan masa lampau”.

Masa depan adalah milik generasi muda, dan generasi muda yang memiliki integritas moral, cerdas, kreatif, berdedikasi kepada bangsa dan dibekali pengetahuan adalah jawaban untuk menjadi generasi muda yang produktif dan menjadi penggerak bangsa ini ke masa depan yang lebih baik. Salam Belajar Berjuang dan Bertaqwa


Muhammad Kridaanto, Ketua IPNU Komisariat Universitas Negeri Semarang tahun 2013

Sabtu, 01 Juni 2013

Mahasiswa Meneropong Pilgub

Oleh : MUHAMMAD KRIDAANTO

Drama pementasan telah dimulai, lampu-lampu gemerlap dan berbagai interior di pajang untuk memeriahkan acara yang digelar empat tahunan tersebut.

Inilah drama kehidupan yang bernama Pemilihan Gubernur atau Pilkada Jawa tengah. Dengan tenggang waktu yang terus mendekat, atmosfernya sudah demikian terasa di telinga, mata dan hati kita. Gelaran akbar yang bernama pesta demokrasi untuk rakyat ini akan diadakan tanggal 26 Mei 2013.

Rakyat yang akan diberikan pesta ini nampaknya belum terlalu mengetahuinya. Entah karena tidak mau tahu atau ketinggalan informasi. Salam satu elemen dari masyarakat adalah mahasiswa. Mahasiswa dianggap sebagai salah satu elemen masyarakat yang memiliki potensi dan peran yang dianggap lebih memadai.

Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektual, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Mahasiswa menjadi objek maupun subjek yang demikian potensial dalam memberikan suatu power maupun kesigapan dalam drama kegiatan kali ini. Peran mahasiswa yang berada di struktur tengah, memiliki kemampuan untuk menyambung kepentingan elit dan rakyat jelata. Mereka memiliki kemampuan bahasa yang lengkap, mampu berkomunikasi dengan birokrasi, tapi juga mampu menampung suara yang di bawah.

Dalam percaturan politik tahun ini, yang melibatkan euforia yang demikian bombastis akan berpengaruh terhadap gerak mahasiswa, apalagi boleh dibilang inilah tahun politk yang super panjang menjelang 2014. Maka mahasiswa memiliki kunci dan peran yang demikian dahsyat dalam memanfaatkan hal ini untuk kepentingan rakyat atau sebaliknya.

Mahasiswa bukanlah alat komunikasi politik yang hanya sekedar menyambungkan kepentingan kaum elit ke tengah-tengah masyarakat dengan kata-kata yang indah. Tetapi Mahasiswa adalah suatu filter dalam koridor alat komunikasi politik yang memiliki power untuk mengubah kepentingan politik menjadi kepentingan bersama rakyat. Hal ini tidak dapat diwujudkan dengan orientasi mahasiswa yang menjadi pelayan-pelayan komunikasi layaknya sebuah provider telekomunikasi yang profit oriented. Pengetahuan dan keberanian yang khas ala mahasiswa mampu menjadi dasar dari munculnya pemimpin daerah yang berkompeten.

Dan tentu layaknya seorang yang sedang memilih maka proyeksi yang menjadi targetan harus diketahui secara benar. Di sinilah teropong itu harus dimiliki, meneropong dan lakukan yang terbaik untuk Jawa Tengah, karena rakyat akan menitipkan amanah kepada mahasiswa sebagai seorang peneropong sekaligus penyampai kepentingan masyarakat Jawa Tengah.

MUHAMMAD KRIDAANTO (Mahasiswa UNNES angkatan 2010)

Sabtu, 25 Mei 2013

Mencari Kedaulatan Bangsa

Oleh : MUHAMMAD KRIDAANTO *)


Telah sekian lama bangsa kita kian mengalami degradasi posisi di kancah internasional. Sector Manager & Lead Economist Bank Dunia Indonesia, Jim Brumby, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat dibanding negara-negara mitra dagang. Namun, meski berekonomi kuat, tekanan-tekanan yang harus dihadapi semakin meningkat. 

Salah satu hal yang cukup menyakitkan sekarang adalah rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Negara yang dulu dikenal sebagai surga minyak bumi telah beralih mengalami pemiskinan sumber daya yang dulu kita miliki.

Melihat fenomena ini maka patut kita bercermin, apakah yang menjadi akar masalah dari penurunan integritas bangsa ini.

Saya ingin sedikit berpendapat bahwa sebenarnya masalah ini tercermin dari karakter para pemimpin negara yang mengalami integritas yang patut dipertanyakan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa instansi pemerintah menjadi sarang yang nyaman bagi para koruptor, Orientasi memperkaya diri sendiri dan melupakan amanah untuk mensejahterakan rakyat menjadi pokok permasalahan di sini.

Sehingga bukan lagi mengurus kepentingan rakyat sebagai bakti kepada negara dan untuk memajukan negara, tapi telah berubah orientasi menjadi memakmurkan diri sendiri dan golongannya saja.

Di tahun politik ini, pemilihan umum baik di tingkatan daerah, legislatif maupun pemilihan presiden yang akan digelar tahun 2014 tentu menjadi sebuah harapan kecil bagi segenap bangsa untuk membangun kembali integritas negara maupun instansi pemerintah baik di mata rakyatnya sendiri maupun di mata dunia. Menjadi harapan bersama lahirnya semangat baru dan kesadaran calon-calon pemimpin baik ditingkatan daerah maupun pusat untuk mengembalikan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.
Dan tentunya rakyat yang mengalami depresi secara fisik, ekonomi maupun batin. Masih terus berdoa dan berharap muncul kesadaran dari wakil rakyat maupun lahirnya tokoh-tokoh baru yang akan membuat negara ini menjadi lebih baik.

Melalui sebuah perenungan panjang dan pengalaman yang terus bertambah, maka keyakinan untuk membangkitkan kesadaran dan keyakinan membangun negara ini harus dipupuk, masalah-masalah yang begitu banyak yang dialami negara ini di segala lini akan ada penyelesaian yang baik jika elemen-elemen bangsa mau bergerak bersama di berbagai sektor dan bergerak secara matang. Sudah saatnya kita menyadari dan segera bangkit, bukan lagi berorientasi pada perbedaan yang terus menjadi propaganda yang malah melemahkan bangsa kita, tapi menjadi bangsa yng bergerak dari keberagaman yang telah tergariskan menjadi sumber kekuatan yang luar biasa, karena kita tak akan lupa perjuangan bangsa ini.

Mengembalikan kedaulatan dan integritas bangsa patut didasari dari semangat bahwa kedaulatan yang dianut adalah dari kedaulatan rakyat. Hal ini dapat dilihat di dalam Pancasila sila ke-4. Isinya adalah ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

 *)  MUHAMMAD KRIDAANTO 
Ka IPNU Komisariat Universitas Negeri Semarang




Jumat, 24 Mei 2013

Menggugat Gerakan Mahasiswa

Oleh : MUHAMMAD KRIDAANTO *)

Sejarah mahasiswa sebagai agent of change telah mampu mengambil peran dalam perjalanan bangsa ini. Peranan mahasiswa dalam melakukan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan yang memberi angin segar dalam perkembangan kenegaraan selalu didengungkan. Reformasi adalah sebuah ikon yang menjadi puncak peranan mahasiswa dalam melakukan perubahan besar. 

Perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa didasarkan pada sebuah keresahan terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan cita-cita pemikirannya (idealisme), sehingga mahasiswa berinisiatif untuk melakukan perubahan melalui gerakan mahasiswa. 

Elemen pergerakan mahasiswa begitu banyak, organisasi yang memberikan wadah gerakan pun mempunyai warna yang berbeda-beda. Biasanya pergerakan mahasiswa menunjukkan eksistensinya melalui aksi turun ke jalan untuk menentang kebijakan yang dirasa dapat merugikan masyarakat. Dan memang gerakan mahasiswa ini cukup efektif terhadap perubahan yang diinginkan. 

Akan tetapi ada hal yang perlu ditinjau kembali terkait relevansi gerakan mahasiswa atau lebih tepatnya melihat kembali peranan mahasiswa di masa reformasi ini. Aktivis reformasi telah menjelma sebagai pemangku kebijakan, namun perubahan yang menjadi cita-cita reformasi masih belum maksimal pencapaiannya. 
Menurut saya perlu adanya perluasan gerakan dalam melakukan perubahan terhadap kehidupan bernegara, yaitu perlunya memberikan fungsi dan pemahaman kepada masyarakat terkait gagasan dan peran mereka.
Melalui gerakan masyarakat menurut saya akan lebih efektif dan berdampak besar dalam mengubah tatanan sosial. Masyarakat kita terdiri dari berbagai tingkatan, mulai dari jejang pendidikan, kultur, kondisi ekonomi dan sebagainya. Perlunya melakukan manajemen yang baik agar terciptanya gerakan civil society(masyarakat sipil). Zbigniew Rau (Dawam Raharjo, 1999) berpendapat  bahwa Civil Society adalah suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan  ruang dan individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung,bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. 

Di sini saya bukan bermaksud mengendurkan gerakan mahasiswa tetapi berharap agar potensi yang besar dikembangkan. Organisasi kemasyarakatan lebih memiliki power untuk membentuk tatanan masyarakat sipil, seperti organisasi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini bergerak di bidang sosial keagamaan, yang berusaha untuk mendidik dan mengembangkan potensi anggotanya dalam mencapai kesejahteraan sosial. 

Berbeda dengan gerakan organisasi mahasiswa yang lebih singkat, kiranya kita sebagai mahasiswa perlu melihat peluang ini untuk mulai memasuki masa baru dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui keikutsertaan mahasiswa dalam memberikan pemberdayaan dan pembentukan kelompok masyarakat sipil, mahasiswa diharapkan lebih responsif. Selain itu, juga memberikan dampak yang luas bagi lingkungan demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan ketrampilan dan kemampuan dalam melakukan analisis sederhana mengenai permasalahan yang ada di sekitar, sehingga terwujud gerakan civil society yang berkeadilan.




MUHAMMAD KRIDAANTO
Aktivis Mahasiswa Nahdlatul Ulama UNNES 

EXPRESS edisi 3 versi digital : Silahkan download di http://www.sharebeast.com/fzhrm45zdgqi

#Saya masih ingat gara-gara tulisan saya ini, ada seorang kakak tingkatan dari Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan yang menjadikan saya sebagai subjek penelitian skripsi. :D

Sabtu, 18 Mei 2013

Prakata


Assalamu'alaikum Wr.Wb.



Segala puji  kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rejeki, kesempatan, hidayah dan segala yang diberikan bagi kita semua. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Ya Sayyidina Wa Habibina Wa Maulana Muhammad SAW. Semoga kecintaan kami kepadamu memberikan keteguhan hati kami untuk mengikuti langkahmu.


Pertama saya ucapkan selamat datang di blog saya. Ini merupakan salah satu upaya saya untuk berbagi dan belajar melalui media internet lewat blogger.

Ini merupakan langkah awal saya untuk lebih produktif dalam menulis dan berbagi, sehingga apa yang ada di pikiran bukan hanya menjadi konsumsi pribadi tapi di share ke yang lain.

Yang kedua masukan-masukan serta kritik akan sangat berguna bagi perbaikan blog ini.

Terima kasih...

Genggam dunia di tanganmu, bukan di pikiran apalagi hatimu.

Wallahul muwafiq ila aqwa mithariq
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Selasa, 01 Januari 2013

Satu Kata



Satu Kata…,
Yang membuat hati bergetar hebat
Yang membuat pikiran 
tak akan berani menampakkan dirinya 
dengan kesombongan
Satu Kata…,
Yang mampu menjadi penerang dari kesusahan
Satu Kata…,

Walau tak banyak yang mengucapnya
Tapi mampu mengubah segalanya
Satu Kata..,
Yang akan membuat ego bersembunyi sunyi
Yang mampu menguatkan diri
Yang menciptakan segalanya
Satu Kata,…,

Allah….Allah,….Allah…,
Segala puji bagiMu Tuhan sekalian alam