Rabu, 01 Januari 2014

Politik Tingkat Tinggi Ala Mahasiswa

Oleh : Muhammad Kridaanto*)

Mendengar kata politik, kebanyakan  orang  akan membayangkan  bahwa  di  sana hanya  bermuara  pada upaya perebutan kekuasaan dan  intrik-intrik yang menghalalkan segala cara.  Adanya  Badan  Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun Dewan  Perwakilan  Mahasiswa (DPM)  adalah  organisasi yang identik  dengan  dunia  politik kampus di kalangan mahasiswa. 

Di  organisasi  tersebut  biasanya memiliki suatu “magnet” karena memiliki  karakteristik  yang berbeda dari organisasi kemaha-siswaan lain yang berkecimpung di dunia  bakat-minat,  penelitian maupun pengabdian masyarakat. Walaupun  politik  sering  dikait-kan dengan jalan atau cara untuk meraih  kekuasaan  maupun kedudukan,  tetapi  perlu  adanya suatu penyegaran  wacana  di kalangan  mahasiswa  sebagai elemen pemuda yang tidak akan terpisah dengan dunia politik. 

Mungkin  kita  pernah  mendengar ungkapan  “kampus  adalah  miniatur  sebuah  negara,” dengan BEM  sebagai lembaga yang bergerak di bidang eksekutif dan  DPM  bergerak  di  bidang legislatif. Saya  masih  teringat ketika mengikuti organisasi BEM, suasana  yang  beraroma  politik akan tercium lebih tajam, berbeda ketika mengikuti organisasi bakat minat  atau  organisasi  yang  bergerak  di bidang  pengabdian masyarakat.

Politik  dalam  pandangan saya  lebih ke  arah proses dalam mencapai  tujuan bersama dalam strategi dan  tindakan yang matang.  Dalam  upaya  tersebut kita  lebih menuju usaha  “mengarahkan” pandangan orang  tentang cita-cita maupun  tujuan  kita  agar dapat  diperjuangkan  secara  bersama. Istilahnya  dari   sebuah masalah-masalah  yang muncul, perlu ada  inovasi dan kreatifitas baru sehingga  ide yang muncul  itu menjadi kesadaran bersama yang akhirnya menjadi  tanggung jawab untuk memberi warna  baru  dalam meng-hadapi masalah secara bersama.

Perjalanan  politik  mahasiswa tentu berbeda dengan politik praktis di  masyarakat.  Potret  kampus sebagai tempat belajar dalam kehidupan  bermasyarakat  dan  bernegara tidak harus membuat politik yang dibangun sama dengan politik praktis. Politik  mahasiswa  lebih  dibarengi dengan  idealisme  dan etika  politik yang  dijunjung  tinggi.  Etika politik ini menjaga agar tahap pembelajaran dalam  berpolitik seorang mahasiswa  tidak hanya bermuara pada tercapainya kekuasaan,  tetapi  lebih ke arah  tujuan, ide  dan  cita-cita  yang akan  dilakukan  ketika meraih kekuasaan.

Kecenderungan  politik  hanya dijadikan  komoditas  dalam meraih tujuan  kelompok  atau golongan harus dihindarkan.  Yang  akhirnya dapat membuat  tujuan  awal mengawal  kebersamaan menjadi  hilang, hingga akhirnya apatisme  terhadap tujuan  bersama  semakin  tinggi. Apatisme ini pula yang terjadi ketika dilakukan  Pemilihan  umum di lingkungan  kampus,  ketidakikutsertaan  dalam menggunakan  hak politik  seorang  mahasiswa  sering terjadi. Upaya  meraih  kedudukan dan kekuasaan  dengan menggunakan  isu yang berbau   SARA  (Suku, Agama,  Ras dan Antar golongan) perlu diminmalisir bahkan dihilangkan. 

Pencerdasan politik dan karakteristik politik kampus harus mampu  menjadi  warna  yang berbeda. Karena dari kampus akan lahir para punggawa  masa  depan  bangsa. Kalau sudah dimulai dengan politik yang baik, dan menjadikan kehidupan bernegara dalam  tataran kam-pus ini dirasakan manfaatnya, tentu sosok aktivis  ini akan memiliki daya tarik di masyarakat kelak.

Etika berpolitik harus ditanamkan  kepada  para  aktivis  kampus khususnya yang bergelut di politik kampus  dan mahasiswa  pada umumnya, sehingga ada kesadaran untuk  tidak menggunakan politik Machiavelli  yang menghalalkan segala cara.

Karena  mahasiswa  memiliki jiwa  idealisme yang menggunakan politik dengan memperhatikan etika, moral dan norma. Saya teringat kata-kata  Tan  Malaka,  salah  satu Tokoh Bangsa  ini   “Idealisme adalah  kemewahan  terakhir yang hanya  dimiliki  oleh  pemuda.” Mungkin  benar  adanya  kalau kita melihat politik dalam negara yang sering kehilangan  ruh  idealisme, maka jangan sampai ruh idealisme dalam  politik  mahasiswa  hilang, yang terus menjunjung politik yang santun dan beretika.

*) Mahasiswa Fisika Unnes; Ketua IPNU Unnes 2012-2013

Dimuat di Buletin Mingguan Mahasiswa EXPRESS Unnes tanggal 26 September 2013

0 komentar :

Posting Komentar

Berikan komentar Anda untuk tulisan di atas...,