Rabu, 01 Januari 2014

Pemimpin Berintegritas dan Humanis


Oleh : Muhammad Kridaanto *)

Krisis kepercayaan menimbulkan suatu masalah multidimensional yang memerlukan pertolongan segera agar tidak merebak menjadi permasalahan yang semrawut. Salah satu hal mendasar dalam memperbaiki persoalan yang ada adalah melalui sosok dan peran pemimpin yang mampu mengayomi dan memiliki integritas.

Dalam Islam sendiri sosok pemimpin diharapkan sebagai orang yang akan membawa pengikutnya menuju keridhoan Allah SWT. Kepemimpinan lebih menitikberatkan pada pemberian amanah. Dari amanah ini ada suatu tanggung jawab sosial.

Sosok pemimpin yang memiliki sifat, sikap dan perilakunya sangat agung adalah Nabi Muhammad SAW.  Selain Nabi sebagai pemimpin agama juga sebagai pemimpin umat. Kepemimpinannya mampu menebarkan rahmatan lil’alamin (rahmat bagi semesta alam). 

Karakter dari Rasulullah yang memiliki sifat Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah adalah sifat yang luhur nan mulia. Melalui keempat sifat ini Nabi Muhammad menyebarkan ajaran Islam dengan penuh kesantunan dan menjadi seorang pemimpin yang tidak hanya dihormati pengikutnya bahkan oleh lawan-lawannya. Model pemimpin dalam Islam sendiri lebih ke arah pemimpin yang mampu membawa umat untuk mendekat kepada ridho Allah SWT.
Dalam kehidupan berbangsa, sosok presiden yang menjadi pemimpin sebuah negara adalah ujung tombak dari sosok kepemimpinan. Kedekatan antara umara’ dengan ulama sebagai sarana sang pemimpin bisa terus dibimbing dan dituntun, agar selalu dalam kebenaran dan bijaksana dalam kepemimpinannya.

Etika kepemimpinan ala Nabi pada zaman sekarang menjadi suri tauladan bagi munculnya pemimpin-pemimpin yang berintegritas dan berdedikasi. Karena kepemimpinan Nabi adalah sumber profetik yang telah terpraktikkan sepanjang kehidupannya. Meneladani kepemimpinan yang menghubungkan tanggung jawab sosial dengan menjadikan jabatan sebagai amanah dari Allah SWT.

Di sinipun saya menggaris bawahi bahwa pemimpin harus mampu merangkul semua golongan maupun komunitas, sehingga tidak ada diskriminasi terhadap golongan minoritas.

Sosok pemimpin yang membuat saya kagum adalah sosok Gus Dur. Kepemimpinan beliau yang pluralis (merangkul semua), berani untuk turun ke bawah dan sederhana (wara') menjadikan beliau sebagai salah satu simbol kepemimpinan yang luar biasa. Bahkan saat menjabat beliau memperjuangkan hak dari kelompok minoritas untuk mendapat pengakuan sama dalam hukum. Bahkan Gus Dur mendapat gelar sebagai bapak Tionghoa Indonesia. Gus Dur memang sosok yang menjunjung tinggi kebersamaan tanpa membedakan-bedakan asal usul seseorang, warna kulit, bahasa, dan agama.Selain kemampuan politik dan ilmu agama, Gus Dur juga sosok yang memiliki sikap adil tanpa membeda-bedakan. 

Di akhir ini saya ingin mengutip dari Syeikh Abdul Qadir al-Jilani yang pernah berpesan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, maka setidaknya harus memiliki tiga kualitas. Yaitu Ilmul ‘Ulama (seorang yang berilmu layaknya seorang ulama’, sehingga memiliki pengaruh yang besar bagi orang-orang yang dipimpin), Hikmatul Hukama’ (seorang pemimpin harus bersikap adil & bijaksana dlm mengambil keputusan), dan Siyasatul Mulk (memiliki pengetahuan politik yang tinggi)

Hingga diharapkan kita memiliki keinginan untuk meneladani kepemimpinan Nabi dan sosok-sosok pemimpin humanis yang baik suluk (laku)nya.


*) Mahasiswa Jurusan Fisika 2010; Alumni Ketua IPNU Unnes, Aktivis Cultural Freedom

0 komentar :

Posting Komentar

Berikan komentar Anda untuk tulisan di atas...,