Sabtu, 29 November 2014

Kasih Sayang Ibu

Oleh : Muhammad Kridaanto




Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia



Sebuah lagu singkat yang berjudul “Kasih Ibu” ini tak sesederhana liriknya. Ada pelajaran, hikmah dan nilai moral yang mendalam dan bermakna. Begitu banyak kisah dan untaian kata dalam peradaban dunia yang mengungkap ucapan “terima kasih ibu” atau “Maafkan aku ibu”. Memang kasih sayang seorang ibu tidak akan dapat dibalas dengan kekayaan apapun, karena cintanya abadi. Menembus ruang dan zaman.

Begitu pula denganku. Ada banyak cerita mengenai ibuku, karena beliau selalu di sisiku. Mengarahkan langkahku agar tak salah. Walau wejangan-wejangan yang terkadang membuatku jemu, tetapi tujuannya tentu saja untuk meluruskan kembali langkahku. Tapi semakin lama semakin kumengerti tentang alasan kenapa beliau begitu memperhatikan anak-anaknya, tak lain karena hati yang begitu halus dan kepedulian yang begitu besar. Kasih sayangnya seluas samudera.
Belum begitu lama peristiwa kecelakaan yang kualami. Kira-kira sekitar lima bulan yang lalu, saat aku terpaksa beradu dengan kerasnya aspal jalanan. Kejadian kecelakaan itu menjadi pelajaran berharga untukku. Menjaga keselamatan saat berlalu lintas dengan tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Walaupun masih pagi sekitar pukul 05.00, aku sudah bersiap-siap memanaskan mesin sepeda motor untuk bergegas sampai di rumah. Perjalanan dari kos dekat kampus hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai ke kampung halaman. Sudah sekitar satu bulan aku tak pulang, selain karena tugas kuliah yang banyak, aktivitas di beberapa organisasi mengharuskanku untuk menikmati beberapa weekend di kawasan kampus. Nah, selain karena persediaan uang bulanan yang menipis juga penyakit homesick (rindu kampung halaman) yang membawaku ingin cepat pulang.
Setelah memasukkan beberapa barang ke dalam tas, akhirnya aku segera melajukan sepeda motorku. Udara yang masih sejuk dan sepinya jalanan menjadikan aku bagaikan seorang raja yang menguasai jalanan. Cukup kuat kutarik gas motor hingga mencapai kelajuan lebih dari 80 km/jam. Tetapi Musibah tak dapat ditampik. Tiba-tiba saja motorku masuk ke sebuah lubang jalan yang menganga besar, tanpa sempat aku menghindarinya. Sontak motorku melompat dan jatuh bersama dengan badanku yang masih memegang motor dengan kuat.
Brukkk…., motorku jatuh terseret beberapa meter, sementara aku juga mendengar suara helmku yang berbenturan dengan aspal. Kaki kiriku terapit oleh bodi motor sehingga aku tak bisa bangun. Terjepit.
Untunglah di dekat tempat kejadian ada dua orang bapak yang segera menolongku. Aku diangkat menuju sebuah tempat duduk warung di dekat tempat kejadian dan memposisikan tubuhku dalam posisi terlentang. Aku meringis kesakitan dan kulihat kakiku yang sedang asyik mengucurkan darah dan celana yang robek. Rasa pegal segera menyelimuti kaki, tetapi aku masih bersyukur helm yang kupakai masih setia menyelamatkan kepalaku dari kerasnya aspal jalanan.
Tak berselang lama sekitar 20 menit, sambil tiduran aku mengobrol dengan dua orang bapak yang menolongku. Sedikit demi sedikit aku memulihkan kondisiku, apalagi setelah aku diberitahu bahwa sepeda motorku masih normal, hanya kaca lampu depan dan bodi bagian depan yang pecah.
Sebelum kakiku semakin pegal dan kram, aku putuskan untuk meneruskan perjalanan lagi. Walaupun kedua bapak itu melarang dan menyuruhku untuk menelepon keluarga untuk menjemputku, tapi aku meyakinkan mereka bahwa kondisiku masih cukup stabil.
Aku melihat jam di handphone yang menunjukkan 07.30, artinya di rumahku sudah kosong karena orang tua pasti sudah berangkat kerja. Dengan berusaha meyakinkan kedua bapak itu, akhirnya aku meneruskan perjalanan ke rumah. Sekarang aku melajukan motorku dengan cukup pelan, karena luka di tangan yang cukup perih sehingga akhirnya sekitar pukul 08.30 aku sampai juga di rumah.
Sampai di rumah ternyata sudah ada adikku yang juga pulang kampung dari tempat dia kuliah. Segera aku tiduran dan dirawat olehnya. Luka dari kecelakaan itu memang cukup banyak. Hampir bagian kaki dan tangan ikut terkena benturan dengan aspal. Setelah luka yang dibersihkan dan diberi PPPK agar tidak infeksi, lalu aku tertidur.
Sekitar waktu zuhur aku terbangun, tepat ketika ibu masuk rumah dan melihatku dengan kondisi luka-luka.
Ibu sontak berucap, “Ya Allah, kenapa itu nak? Kok sampai seperti itu?”
Dengan membenarkan posisi dudukku, aku menghela nafas sebentar dan menjawab, “Iya bu, tadi pagi aku jatuh dari motor tapi cuma luka, tidak apa-apa.”
Ibu begitu khawatir, berbagai pertanyaan ditujukan, mulai dari kecelakaan sampai mengecek bagian dari tubuhku yang mana saja yang sakit. Tak selang begitu lama bapak juga pulang dari kantor, beliau juga terkejut melihat anaknya terkapar di kasur dengan luka-luka. Tetapi keterkejutan bapak tidak seheboh ibuku. Bahkan ibu segera meminta bapak untuk mengantarkanku mengecek kondisi secara medis di rumah sakit. Kekhawatiran ibu memang kelihatan sekali dengan kondisi anaknya.
Hampir dua minggu aku terkapar di kasur, rasa nyeri ketika berjalan membuatku begitu hati-hati. Dan selama dua minggu ibu selalu memberikan perhatian, mulai dari makanan dan asupan gizi, bahkan meminta ayahku memanggil tukang pijat untuk mengecek apakah ada bagian tubuh yang terkilir. Kasih Ibu memang luar biasa besar, di waktu beliau yang begitu padat, kasih sayangnya masih terus kurasakan.
Saya teringat sebuah kisah ketika seorang laki-laki datang menemui Nabi Muhammad SAW dan bertanya : “Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan baikku?”
Beliau menjawab : “Ibumu.”
Ia bertanya lagi : “Lalu siapa?”
Beliau menjawab : “Ibumu.”
Ia bertanya lagi : “Lalu siapa?”
Beliau menjawab : “Ibumu.”
Ia bertanya lagi : “Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Bapakmu” (HR. Bukhari)

Sosok Ibuku
Begitu mulia martabat dan kedudukan seorang ibu, sampai manusia paling sempurna Nabi Muhammad SAW pun memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik dan berbakti kepada seorang ibu. Terpikir olehku sosok ibu dan ingin kukatakan, “Maafkan kenakalan anakmu ini. Doakan setiap ikhtiar perjuangan yang aku niatkan untuk membanggakanmu. Doamu adalah semangat juang untuk kesuksesan dan kebaikanku. Pintamu agar aku menjadi manusia yang berguna dan ingin kukatakan bahwa aku akan mengingat selalu pesan-pesanmu untuk berusaha menjadi manusia yang baik di tengah arus zaman yang semakin menggila ini…..” 


Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera


7 komentar :

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Sahabat tercinta,
    Saya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.

    Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya atau via email.

    Jangan lupa cek email ya, ada berita penting
    Terima kasih.

    BalasHapus
  3. Terima kasih Pakdhe. artikel siap ikut dibukukan.

    Dan email sdh saya buka. :-)

    Salam hangat dr Semarang Pakdhe.

    BalasHapus
  4. Membacanya, sungguh hati saya berdesiran, dan betapa kangen diri ini kepada ibu di jombang sana.

    BalasHapus
  5. Terima kasih pak Akhmad Muhaimin Azzet. Kasih sayang Ibu selalu membuat rasa kangen. :)

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Iya Kang Azzet. Hehe..,
      wah yg ini pake akun baru dr blog www.kedaikangazzet.blogspot.com :D

      Hapus

Berikan komentar Anda untuk tulisan di atas...,